Senin 03 Apr 2023 16:35 WIB

NTP Maret Meningkat, Tiga Subsektor Pertanian Ini Kuncinya

NTP subsektor perkebunan pada bulan Maret 2023 berada pada posisi tertinggi

Petani menunjukkan kopi kepada pengunjung pada Festival Coffee Rajadesa Art and Culture di Bumi Perkemahan Rangga Mandala Gunung Gede, Desa Purwaraja, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.  NTP subsektor perkebunan pada bulan Maret 2023 berada pada posisi tertinggi, yaitu 129,47 atau naik 1,94 persen.  Komoditas yang dominan dalam kenaikan subsektor perkebunan adalah kelapa sawit, kopi dan karet
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Petani menunjukkan kopi kepada pengunjung pada Festival Coffee Rajadesa Art and Culture di Bumi Perkemahan Rangga Mandala Gunung Gede, Desa Purwaraja, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. NTP subsektor perkebunan pada bulan Maret 2023 berada pada posisi tertinggi, yaitu 129,47 atau naik 1,94 persen. Komoditas yang dominan dalam kenaikan subsektor perkebunan adalah kelapa sawit, kopi dan karet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian sejauh ini terus menjadi penyokong utama bagi kokohnya perekonomian Nasional. Terbaru, BPS merilis kenaikan nilai tukar petani atau NTP pada subsektor perkebunan, peternakan, maupun subsektor hortikultura.

Kenaikan tersebut utamanya ditopang dari komoditas perkebunan kelapa sawit, jagung, cabe rawit dan juga kopi. Kesemua komoditas tersebut meningkat dan mampu mendongkrak pasokan ke pasar domestik maupun luar negeri.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan bahwa NTP subsektor perkebunan pada bulan Maret 2023 berada pada posisi tertinggi, yaitu 129,47 atau naik 1,94 persen. Sedangkan NTP subsektor hortikultura mencapai 113,16 atau naik 1,91 persen, serta peternakan 100,34 atau naik 0,58 persen. 

"Komoditas yang dominan dalam kenaikan subsektor perkebunan adalah kelapa sawit, kopi dan karet," ujar Pudji pada konferensi pers BPS, Senin, (3/4/2023).

Diketahui bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan ekspor produk perkebunan mencapai Rp 100 triliun pada tahun 2023 ini. Untuk itu, pemerintah menyiapkan program kerja yang fokus pada pengembangan produk perkebunan melalui penguatan hilirisasi dan peranan industri baik skala kecil maupun besar.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan tren kenaikan NTP merupakan bukti bahwa sektor pertanian tetap menjanjikan terutama melalui peningkatan daya saing komoditas, peluang pasar ekapor dan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 

Utamanya pada subsektor perkebunan, peternakan dan hortikultura, dimana ketiganya memiliki permintaan pasar domestik dan luar negeri yang cukup besar, selain masih terbuka pasar baru yang butuh supplai produk petani Indonesia.

"Harga yang baik dan pasar yang menjanjikan harus terus dimanfaatkan.  Momentum ini sangat penting bagi  para petani kita dan pelaku bisnis pertanian. Kesejahteraan mereka dapat meningkat dengan melakukan bisnis pertanian dan produksi pangan-pangan alternatif yang dibutuhkan dunia," jelasnya.

Sebagai catatan, Nilai Tukar Usaha Petani atau NTUP pada bulan Maret 2023 juga mengalami kenaikan. Data BPS menyebut NTUP di bulan tersebut mencapai 111,18 atau naik 0,40 persen apabila dibandingkan Februari 2023 (MtoM). Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,53 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya 0,12 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement