REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Inflasi pada Maret 2023 yang bersamaan dengan dimulainya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dinilai tetap terkendali. Bank Indonesia (BI) meyakini, ke depannya, inflasi akan terus terkendali.
“Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap terkendali dalam kisaran 3 plus minus 1 persen pada semester I 2023,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Senin (3/4/2023).
BI juga optimistis inflasi indeks harga konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen mulai September 2023. Hal itu dapat terjadi setelah berakhirnya base effect penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun lalu.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi, termasuk menyambut periode HBKN,” ucap Erwin.
Berdasarkan data BPS, inflasi IHK Maret 2023 tercatat 0,18 persen secara bulanan dan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yakni 0,16 persen. Realisasi inflasi IHK Maret 2023 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pola histori inflasi periode awal Ramadhan.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan turun menjadi 4,97 persen secara tahunan dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,47 persen. Erwin menilai, perkembangan ini tidak terlepas dari respons kebijakan moneter Bank Indonesia.
“Ini juga tidak terlepas dari sinergi erat pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah, serta mitra strategis lainnya dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” jelas Erwin.
Inflasi IHK pada Maret 2023 dipengaruhi oleh kenaikan inflasi inti. Inflasi inti tercatat sebesar 0,16 persen secara bulanan atau sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,13 persen.
Peningkatan terbatas inflasi inti tersebut sejalan dengan kenaikan permintaan yang bersifat gradual di tengah tekanan harga komoditas global yang menurun. Komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah komoditas kontrak rumah, upah asisten rumah tangga, dan emas perhiasan.