Selasa 04 Apr 2023 02:10 WIB

Kelapa Sawit Hingga Kopi Pengaruhi Kenaikan NTP

Nilai tukar petani pada Maret 2023 tercatat sebesar 110,85.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani pada Maret 2023 tercatat sebesar 110,85 atau naik 0,29 persen bila dibandingkan Februari 2023.
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani pada Maret 2023 tercatat sebesar 110,85 atau naik 0,29 persen bila dibandingkan Februari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani pada Maret 2023 tercatat sebesar 110,85 atau naik 0,29 persen bila dibandingkan Februari 2023. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,53 persen atau lebih tinggi dibandingkan indeks harga bayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen.

“Komoditas yang dominan yang mempengaruhi kenaikan indeks harga bayar adalah kelapa sawit, jagung, cabai rawit, dan kopi,” kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (3/4/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, peningkatan NTP tertinggi yaitu pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat. Pudji menyebut, NTP tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,94 persen karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,14 persen atau lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,20 persen.

BPS juga mencatat penurunan NTP terdapat pada subsektor tanaman pangan. NTP tanaman pangan tersebut turun sebesar 1,20 persen.

“Penurunan ini (NTP tanaman pangan) terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,93 persen. Sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen,” jelas Pudji.

Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks yang diterima petani tersebut adalah gabah. Hal tersebut seiring dengan datangnya musim panen raya dan juga penurunan harga gabah itu sendiri.

Selanjutnya nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Maret 2023 tercatat sebesar 111,18 atau naik 0,4 persen bila dibandingkan Februari 2023. Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,53 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen.

“Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani ini adalah kelapa jagung cabe rawit dan kopi,” tutur Pudji. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement