Senin 03 Apr 2023 22:15 WIB

Studi: Penderita Epilepsi Berisiko Alami Kematian Dini

Para peneliti menemukan penderita epilepsi memiliki risiko kematian dua kali lipat

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
ilustrasi epilepsi. Penderita epilepsi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk meninggal di usia muda.
ilustrasi epilepsi. Penderita epilepsi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk meninggal di usia muda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita epilepsi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk meninggal di usia muda. Peningkatan risiko ini berbeda tergantung pada lokasi tersebut, jumlah obat yang mereka minum, dan penyakit tambahan yang mungkin dimiliki.

Hal itu merujuk pada studi terbaru yang diterbitkan dalam edisi online Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology. "Penelitian kami menemukan peningkatan risiko bahkan di antara mereka yang tidak memiliki masalah kesehatan lain dan hanya mengonsumsi satu obat untuk mengendalikan kejang mereka," kata penulis studi Seo-Young Lee dari Kangwon National University di Chuncheon Korea.

Baca Juga

Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan basis data kesehatan nasional untuk mengidentifikasi 138.998 orang yang baru saja diobati untuk epilepsi. Kemudian mereka memeriksa daftar kematian nasional dan menemukan bahwa dari semua peserta penelitian, 20.095 orang meninggal selama periode penelitian 10 tahun. Peserta memiliki usia rata-rata 49 tahun pada awal penelitian.

Para peneliti mendokumentasikan penyebab kematian para partisipan. Peneliti juga mendokumentasikan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan jumlah obat yang diresepkan.

Peneliti kemudian menghitung angka kematian secara keseluruhan untuk peserta penelitian. Angka kematian adalah ukuran jumlah kematian dalam populasi tertentu. Angka kematian peserta studi dibandingkan dengan angka kematian pada populasi umum.

Di antara peserta penelitian, terdapat hampir 660 ribu orang-tahun, yang mewakili jumlah orang dalam penelitian dan jumlah waktu yang dihabiskan setiap orang dalam penelitian. Untuk jumlah tahun orang tersebut, terdapat 20.095 kematian pada peserta penelitian dibandingkan dengan 8.929 kematian yang diperkirakan terjadi pada populasi umum.

Dengan menggunakan angka tahun untuk menghitung risiko, para peneliti menemukan penderita epilepsi memiliki risiko kematian lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Peningkatan risiko bahkan lebih tinggi pada orang yang lebih muda dalam penelitian ini.

Selain itu, penderita epilepsi yang tinggal di daerah pedesaan memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 247 persen dibandingkan dengan populasi umum, sedangkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan memiliki peningkatan risiko sebesar 203 persen.

Peserta studi yang mengonsumsi satu obat anti-kejang memiliki risiko kematian 156 persen lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, sementara orang yang mengonsumsi empat atau lebih obat anti-kejang memiliki risiko hampir lima kali lebih besar.

Orang dengan epilepsi yang tidak memiliki penyakit atau masalah kesehatan lain memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 161 persen dibandingkan dengan populasi umum. Namun, penderita epilepsi yang tidak pernah atau hanya sekali dirawat di rumah sakit tidak memiliki peningkatan risiko kematian dini.

Di antara peserta penelitian yang meninggal, 19 persen meninggal karena penyakit serebrovaskular, yang merupakan risiko kematian 4,5 kali lebih besar dibandingkan populasi umum, 16 persen meninggal karena kanker di luar sistem saraf pusat, dengan risiko 137 persen lebih besar dan 7 persen meninggal karena kanker pada sistem saraf pusat, dengan risiko 46 kali lebih besar.

Lee mencatat kanker dan penyakit serebrovaskular tersebut sebagian besar dianggap sebagai penyebab epilepsi. Selain itu, 6 persen meninggal karena pneumonia, tujuh persen meninggal karena penyebab eksternal seperti jatuh, kecelakaan, dan tenggelam, lalu dua persen meninggal karena bunuh diri, yang semuanya memiliki risiko dua kali lebih besar. Epilepsi dan status epileptikus menyumbang dua persen dari keseluruhan kematian.

"Penelitian kami menunjukkan berbagai risiko kematian pada penderita epilepsi, tergantung pada usia, durasi penyakit, tingkat keparahan penyakit, dan kondisi kesehatan lainnya," kata Lee seperti dilansir dari Hindustan Times, Senin (3/4/2023).

Lee juga mengidentifikasi kesenjangan untuk orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan dan mendesak upaya kesehatan masyarakat untuk meningkatkan aksesibilitas ke perawatan. "Kontrol aktif terhadap kejang, edukasi mengenai pencegahan cedera, pemantauan terhadap pikiran untuk bunuh diri dan upaya untuk meningkatkan akses terhadap perawatan epilepsi, semuanya berkontribusi dalam mengurangi angka kematian," jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement