Rabu 05 Apr 2023 00:17 WIB

Psikolog Analisa Penyebab Dukun Pengganda Uang Masih 'Laris' di Masyarakat

Psikolog menilai ada dua penyebab yang buat dukun pengganda uang masih dipercaya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang dukun (ilustrasi). Psikolog menilai ada dua penyebab yang buat dukun pengganda uang masih dipercaya.
Foto: Wikipedia.org
Seorang dukun (ilustrasi). Psikolog menilai ada dua penyebab yang buat dukun pengganda uang masih dipercaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kabar pembunuhan oleh seseorang yang mengaku dukun sakti pengganda uang mengejutkan Indonesia saat ini. Menurut psikolog terdapat sejumlah faktor seseorang dapat dengan mudah percaya bahwa dukun dapat mengubah hidup.

Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan, terdapat dua faktor yang dapat membuat orang tergiur cara instan untuk mengubah hidunya. Faktor pertama adalah penyebab dari luar atau external.

Baca Juga

"Dalam hal ini cara instan adalah praktek perdukunan. Penyebab externalnya berupa pengaruh media yang menyajikan kehidupan hedonis sehingga membuat tergiur melakukan hal instan untuk mendapatkan kehidupan yang sama," ujar Nuzulia kepada Republika pada Selasa (4/4/2023).

Selain itu, tuntutan dan pengaruh lingkungan seperti keluarga dekat, keluarga besar, dan lingkungan sekitar terkait gaya hidup juga menjadi pemicu seseorang nekat menggunakan cara tak lazim untuk mengubah hidup.

Nuzulia yang juga merupkan seorang konselor mengtakan, faktor internal juga merupakan pemicu utama, seperti keinginan untuk diakui dan dihormati melalui harta yang dimiliki.

"Penyebab internal lain yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis sehingga mudah terkena penipuan, kurangnya kemampuan untuk mengelola uang sehingga selalu merasa kurang dan rendahnya adversity quotient, yaitu kecerdadan seseorang dalam menghadapi situasi sulit, atau rendahnya kecerdasan seseorang dalam berjuang untuk hidup yang baik," kata dia.

Nuzulia menuturkan bahwa penyebab masyarakat mudah percaya adalah karena penyebab internal dirinya, khususnya kurangnya kemampuan berpikir kritis sehingga mudah percaya apa kata orang. Kendati begitu, tidak semua kejadian penipuan karena hipnotis gendam/magic.  

"Kebanyakan penipu menggunakan kelemahan psikologis korban. Oleh karena itu, sangat penting untuk bersikap waspada, selalu menggunakan logika dan pastinya jangan lupa banyak berdoa dan berzikir memohon perlindungan Tuhan," ujar dia.

Dia pun menjelaskan pemicu seseorang menjadi putus asa, yaitu kurangnya ilmu agama mengenai konsep rezeki. Kemudian, kurangnya keyakinan bahwa Tuhan lah sang Maha pemberi rezeki. Lalu, kata dia, nafsu yang besar untuk mendapatkan kekayaan sehingga kehilangan kesabaran dalam berjuang mengumpulkan rezeki juga membuat orang putus asa. 

"Mindset pribadi mengenai arti sukses,  menganggap kesuksesan adalah dengan memiliki harta sehingga kondisi kekurangan harta membuat orang putus asa karena merasa gagal dan kehilangan rasa berharga," pungkas dia.

Dukun yang diidentifikasi bernama Slamet Tohari diketahui membuka praktik perdukunan di Banjaenegara melalui media sosial. Dia menjanjikan uang yang berlipat ganda jika telah menyetorkan uang dengan beberapa ritual. Sejumlah ritual diduga digunakan Slamet untuk membunuh kliennya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement