Rabu 05 Apr 2023 00:16 WIB

RI Dikucilkan dari Aturan Mobil Listrik AS Akibat Dominasi Perusahaan China di Tanah Air

Kadin desak AS lebih adil dalam pemberian subsidi hijau untuk kendaraan listrik

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tambang Nikel di Sulawesi (ilustrasi). Pemerintah AS akan menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan Electric Vehicle (EV). Hanya saja, baterai yang mengandung komponen sumber Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh. Alasannya karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri nikel.
Foto: Republika.co.id
Tambang Nikel di Sulawesi (ilustrasi). Pemerintah AS akan menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan Electric Vehicle (EV). Hanya saja, baterai yang mengandung komponen sumber Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh. Alasannya karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri nikel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid mendesak Amerika Serikat (AS) lebih adil dalam pemberian subsidi hijau bagi mineral untuk kendaraan listrik. Ia turut menyampaikan keprihatinan atas pengucilan terhadap mineral kritis Indonesia dari paket subsidi AS ke teknologi hijau.

Pemerintah AS akan menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan Electric Vehicle (EV) di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi dalam beberapa minggu ke depan. Undang-undang ini mencakup 370 miliar dolar AS dalam subsidi untuk teknologi energi bersih.

Hanya saja, baterai yang mengandung komponen sumber Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh. Alasannya karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri nikel.

Arsjad yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur Indika Energy menegaskan, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan AS terhadap kendaraan listrik dan baterai. Pasalnya, Indonesia memiliki sepertiga dari dari total cadangan nikel dunia yang menempatkan Indonesia pada posisi pertama. 

Nikel merupakan bahan penting bagi produksi baterai kendaraan listrik. Arsjad mengatakan, Indonesia tengah bekerja sama dengan perusahaan multinasional untuk membangun rantai pasokan nikel terpisah untuk China dan Non-China.

"Indonesia adalah teman bagi China dan negara barat. Kami menyediakan mineral penting bagi China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kami berupaya memastikan memiliki portofolio inklusif baik China maupun Non-China dalam sektor pertambangan nikel guna mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan,” tutur dia dalam keterangan resmi, Selasa (4/4/2023).

Berbagai negara telah berinvestasi di Indonesia pada sektor pertambangan. Khususnya untuk pengembangan kendaraan listrik dan baterai. 

Beberapa di antaranya LG, SK Group, Samsung, dan Hyundai. Ketiganya investor ini penting dalam hilirisasi industri nikel termasuk katoda, sel baterai, dan produksi kendaraan. Hadir juga LG Energy Solution yang sedang membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan produsen mobil listrik Hyundai.

Di samping itu, Arsjad juga menekankan pentingnya melihat Indonesia dan ASEAN sebagai alternatif untuk China. Ia berharap AS akan memberikan status yang setara kepada anggota Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) dengan negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas penuh dengan Amerika Serikat. 

"Kami sedang berdiskusi tentang IPEF, dan semangat perjanjian itu kerja sama. Jika Amerika mengecualikan ASEAN, rasanya sangat tidak adil," ujar dia.

Dalam industri pengembangan kendaraan listrik, Arsjad turut mengajak Amerika maupun Uni Eropa untuk menaruh kepercayaan pada Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Dengan peran penting Indonesia dan ASEAN dalam rantai pasokan kendaraan listrik, dirinya optimistis, kawasan ini akan menjadi mitra strategis baik Amerika Serikat, Uni Eropa maupun China dalam sektor energi bersih. 

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi dan politik bagi ASEAN terhadap global. Sekaligus memberikan manfaat bagi industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement