Rabu 05 Apr 2023 08:15 WIB

Harga Minyak Naik Tipis, Pasar Pertimbangkan Pemotongan Produksi OPEC Plus

WTI dan Brent melonjak lebih dari 6,0 persen pada Senin.

Kilang minyak (ilustrasi). Harga minyak naik tipis dalam sesi berombak pada akhir perdagangan Selasa (4/4/2023) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Jeri Clausing
Kilang minyak (ilustrasi). Harga minyak naik tipis dalam sesi berombak pada akhir perdagangan Selasa (4/4/2023) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik tipis dalam sesi berombak pada akhir perdagangan Selasa (4/4/2023) waktu setempat. Investor mempertimbangkan pengurangan produksi yang direncanakan OPEC Plus (OPEC+) terhadap data ekonomi AS dan China yang lemah yang dapat menyiratkan pendinginan permintaan minyak.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 29 sen atau 0,36 persen, menjadi menetap di 80,71 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 1 sen atau 0,01 persen, menjadi ditutup pada 84,94 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Pada Senin (3/4/2023), WTI dan Brent melonjak lebih dari 6,0 persen, didorong oleh langkah mengejutkan selama akhir pekan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.

Beberapa negara OPEC+ pada Ahad (2/4/2023) secara tak terduga mengumumkan tambahan pengurangan produksi minyak mentah lebih dari 1 juta barel per hari mulai Mei.

"Masih terlalu dini untuk menilai dampak dari keputusan pengurangan produksi terbaru di pasar minyak, karena mungkin akan mempengaruhi tidak hanya pasokan tetapi juga permintaan," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan, Selasa.

"Kita perlu melihat permintaan bertahan dan tumbuh untuk mendorong minyak mentah ke atas 80 dolar," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Target produksi terbaru OPEC+ membawa total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu, setara dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.

Pembatasan produksi membuat banyak analis menaikkan perkiraan harga minyak Brent mereka menjadi sekitar 100 dolar AS per barel pada akhir tahun. Goldman Sachs menaikkan perkiraannya untuk Brent menjadi 95 dolar AS per barel pada akhir tahun 2023, dan menjadi 100 dolar AS untuk tahun 2024.

Lowongan pekerjaan AS pada Februari turun ke level terendah dalam hampir dua tahun dan kemerosotan aktivitas manufaktur AS pada Maret menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan minyak. Aktivitas manufaktur yang lemah di China bulan lalu juga menambah kesengsaraan.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement