Meriam Berusia 200 Tahun di India Jaga Tradisi Ramadhan Tetap Hidup

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 05 Apr 2023 14:25 WIB

Petugas polisi Dubai menembakkan meriam 25-pounder buatan Inggris tahun 1940 sebagai tanda berbuka puasa di hari pertama bulan suci Ramadhan di depan Burj Khalifa di Teluk Emirat Dubai, Uni Emirat Arab, (23/3/2023). Foto: EPA-EFE/ALI HAIDER Petugas polisi Dubai menembakkan meriam 25-pounder buatan Inggris tahun 1940 sebagai tanda berbuka puasa di hari pertama bulan suci Ramadhan di depan Burj Khalifa di Teluk Emirat Dubai, Uni Emirat Arab, (23/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,BHOPAL -- Saat senja turun di kota Raisen, negara bagian Madhya Pradesh, India tengah, sebuah ledakan keras terdengar dari puncak bukit. Ledakannya bergema di seluruh area, sekaligus menjadi tanda berakhirnya puasa Ramadhan di hari itu.

Selama lebih dari dua abad, umat Islam di distrik kecil tepat di jantung negara bagian itu mempercayai suara khas meriam ini hadir untuk menandai awal dan akhir puasa mereka selama bulan suci. Tradisi tersebut dimulai oleh Begum atau Ratu Bhopal, yang dulunya merupakan kerajaan dan kini menjadi bagian dari Madhya Pradesh pasca kemerdekaan.

Baca Juga

Praktik ini cukup umum di berbagai daerah yang didominasi Muslim, di negara yang mana jamaahnya bergantung pada dentuman meriam untuk memulai atau mengakhiri puasa, tanpa adanya jam dan arloji di rumah.

Seiring berjalannya waktu, tradisi itu perlahan mulai memudar. Namun di Raisen, kota kecil yang berjarak sekitar 45 kilometer dari ibu kota negara bagian Bhopal, hal ini tetap dilestarikan.