Rabu 05 Apr 2023 13:26 WIB

300 Juta Pekerjaan Bisa Digantikan AI, Benarkah?

AI dapat membantu perusahaan mengurangi biaya operasional.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Di sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, dan Hong Kong, lebih dari 28 persen tenaga kerja negara tersebut dapat diotomatisasi dengan AI./ilustrasi.
Foto: UNM
Di sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, dan Hong Kong, lebih dari 28 persen tenaga kerja negara tersebut dapat diotomatisasi dengan AI./ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belakangan ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi sorotan publik. Chatbot AI generative seperti ChatGPT dapat menyelesaikan sejumlah pekerjaan, seperti meringkas artikel ilmiah dan menulis rumus Microsoft Excel sesuai perintah.

Namun, apakah Anda membayangkan dampak dari kehadiran chatbot AI? Banyak pihak yang berspekulasi bahwa chatbot AI akan menggantikan beberapa pekerjaan.

Baca Juga

Bank investasi Goldman Sachs mengatakan, ada sekitar 300 juta pekerjaan dapat hilang karena AI. Ini menandakan teknologi tersebut dapat dan akan memacu kualitas pekerjaan seperti yang kita ketahui.

Seperti revolusi teknologi sebelumnya, AI dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dengan mengotomatiskan proses tertentu. Sebuah laporan penelitian ekonomi global Goldman Sachs mengatakan AI dapat mengotomatiskan 25 persen dari seluruh pasar tenaga kerja.

Namun, dapat mengotomatiskan 46 persen tugas dalam pekerjaan administratif, 44 persen pekerjaan legal, serta 37 persen profesi arsitektur dan teknik. Tentu saja, AI tidak mengancam karier padat karya, seperti konstruksi (enam persen), instalasi dan perbaikan (empat persen), dan pemeliharaan (satu persen).

Studi tersebut juga menyimpulkan 18 persen tenaga kerja global dapat diotomatisasi dengan AI. Di sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, dan Hong Kong, lebih dari 28 persen tenaga kerja negara tersebut dapat diotomatisasi dengan AI.

Namun, penelitian menunjukkan potensi hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan antara pekerja dan AI. Studi tersebut mengatakan, pekerjaan yang sebagian terkena otomatisasi akan menggunakan waktu luang mereka untuk meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja.

Jika khawatir pekerjaan Anda akan diambil alih oleh AI, Goldman Sachs mengantisipasi bahwa pekerja yang kehilangan pekerjaan akan dipekerjakan kembali dalam pekerjaan yang muncul sebagai akibat langsung dari adopsi AI yang meluas. Pekerja yang dipindahkan mungkin juga melihat tingkat permintaan tenaga kerja yang lebih tinggi karena pekerja yang tidak dipindahkan menjadi lebih produktif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement