Kamis 06 Apr 2023 14:17 WIB

Menkes Sebut Polusi Udara Sumbang 30 Persen Penyakit Paru

Tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, penyakit paru juga membebani BPJS.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan polusi udara sebagai salah satu penyebab banyaknya kematian di dunia. (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan polusi udara sebagai salah satu penyebab banyaknya kematian di dunia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada empat faktor risiko penyakit paru, mulai dari polusi udara, riwayat merokok, infeksi berulang hingga genetik. Polusi udara, dia sebut juga sebagai salah satu penyebab banyaknya kematian di dunia.

“Polusi udara menyumbang 15-30 persen risiko penyakit paru,” kata Budi dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.

Baca Juga

Berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators, kata Budi, terdapat 5 penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia. Di antaranya, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.

Dari data tersebut, PPOK memiliki jumlah 3,2 juta kematian, Pneumonia 2,6 juta kematian, kanker paru 1,8 juta kematian, tuberkulosis 1,2 juta kematian, dan asma 455 ribu kematian.

Khusus Indonesia, lanjut Budi, dari 10 penyakit dengan kasus terbanyak, empat di antaranya merupakan penyakit respirasi. Dia memerinci, PPOK berdampak pada 78,3 ribu kematian, kanker paru 28,6 ribu kematian, pneumonia 52,5 ribu kematian, dan asma 27,6 ribu kematian.

"Upaya-upaya dilakukan dengan melibatkan lintas sektor. Karena ini permasalahan lingkungan dan kita ada di dalamnya dan ini harus diatasi bersama-sama. Kita berharap anak anak kita generasi masa depan tetap dapat menghirup udara segar dan sehat serta anak anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,” lanjutnya.

Tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, penyakit respirasi juga memberikan tekanan pada anggaran BPJS. Mengutip data BPJS Kesehatan, Budi menyebut, selama periode 2018-2022, anggaran yang ditanggung untuk penyakit respirasi juga mencapai angka yang signifikan.

“Pneumonia menelan biaya sebesar Rp 8,7 triliun, tuberkulosis Rp 5,2 triliun, PPOK Rp 1,8 triliun, asma Rp 1,4 triliun, dan kanker paru Rp 766 miliar,” kata dia.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia sekaligus Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Agus Dwi Susanto, menekankan pentingnya pencegahan dalam upaya mengatasi permasalahan polusi udara. "Polusi udara terbukti menimbulkan masalah respirasi dan pernapasan. Upaya pencegahan dengan menurunkan polusi udara harus dilakukan semua pihak sehingga kasus respirasi dapat dikurangi," ucap Agus.

Co-Founder Bicara Udara Novita Natalia mengatakan, permasalahan polusi udara tidak bisa ditangani oleh satu atau dua pihak saja, melainkan butuh kerja sama dari semua elemen, termasuk masyarakat. "Kami melihat kondisi ini sebagai panggilan bagi semua pihak untuk terus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya udara bersih. Dalam menghadapi tantangan ini, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci utama dalam menciptakan udara bersih dan kehidupan yang lebih sehat bagi seluruh warga Indonesia," ungkap Novita.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement