REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para menteri luar negeri Arab Saudi dan Iran bertemu di Beijing pada Kamis (6/4/2023). Ini merupakan langkah lanjutan menuju rekonsiliasi setelah tujuh tahun ketegangan.
Pertemuan itu dilakukan sebulan setelah kedua negara sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan di masing-masing negara pada Mei. Kesepakatan itu ditengahi oleh Beijing. Ini merupakan kemenangan diplomatik besar bagi Cina karena negara-negara Teluk Arab menganggap Amerika Serikat perlahan-lahan menarik diri dari Timur Tengah yang lebih luas.
Langkah ini juga terjadi ketika para diplomat telah berusaha untuk mengakhiri perang panjang di Yaman, yaitu sebuah konflik di mana Iran dan Arab Saudi mengakar kuat. Pemulihan hubungan Saudi dan Iran menurunkan kemungkinan konflik bersenjata antara negara saingan di Timur Tengah.
Pada Kamis pagi, televisi Al-Ekhbariya yang dikelola pemerintah Arab Saudi menayangkan rekaman video Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian saling berjabat tangan dan duduk berdampingan. Sementara televisi pemerintah Iran mengatakan kedua menteri bertemu untuk membahas rincian pembukaan kembali kedutaan d masing-masing negara.
Ini adalah pertemuan formal pertama diplomat senior dari kedua negara sejak 2016. Saudi memutuskan hubungan dengan Iran setelah pengunjuk rasa menyerbu pos diplomatik Saudi di negara itu. Beberapa hari sebelum memutuskan hubungan dengan Iran, Arab Saudi telah mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka bersama 46 orang lainnya beberapa. Hal ini memicu demonstrasi.