Kamis 06 Apr 2023 16:33 WIB

Ketua MUI: Serangan Israel ke Masjidil Aqsa Termasuk Upaya Aneksasi

Israel menyerang Masjid Al Aqsa di bulan Ramadhan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Muslim  Palestina membaca Alquran  ketika polisi Israel dikerahkan di kompleks Masjid Al-Aqsa menyusul penggerebekan di lokasi tersebut selama bulan suci Ramadhan di Kota Tua Yerusalem, Rabu (5/4/2023).
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Muslim Palestina membaca Alquran ketika polisi Israel dikerahkan di kompleks Masjid Al-Aqsa menyusul penggerebekan di lokasi tersebut selama bulan suci Ramadhan di Kota Tua Yerusalem, Rabu (5/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pasukan bersenjata Israel kembali dilaporkan melakukan serangan di Masjid Al-Aqsa pada Rabu (5/4/2023) sebelum fajar. Ketua MUI Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyebut aksi ini merupakan bagian dari upaya aneksasi Israel terhadap Palestina.

"Ini adalah upaya-upaya untuk menganeksasi Masjidil Aqsha juga. Sebagai salah satu cara untuk menghentikan tingkat perlawanan masyarakat Palestina, yang mayoritasnya Muslim," ujar dia saat dihubungi Republika, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga

Israel sebagai agresor dengan watak imperialistik disebut sejak awal hingga hari ini tidak pernah berhenti untuk berupaya mencaplok wilayah Palestina. Sampai hari ini masih belum ada yang bisa menghentikan aksi tersebut.

Ia menyebut tujuan utama Israel adalah menguasai seluruh wilayah Palestina dengan berbagai cara, termasuk serangan yang dilakukan kepada Masjid Al Aqsha. Menurut data yang ada, pada era Donald Trump dulu, wilayah Palestina yang tersisa untuk warganya hanya 15 persen.

"Proyek pembangunan pemukiman baru Yahudi, dengan cara mengusir orang Palestina terus dilakukan, sampai selesai seluruhnya. Arahnya begitu. Dengan berbagai cara, termasuk yang terjadi di Masjidil Aqsha ini," lanjut Prof Sudarnoto.

Ia pun menyebut momentum bulan puasa sering dimanfaatkan oleh Israel untuk melakukan serangan. Bahkan di tahun pertama pandemi atau 2020 lalu, terjadi bentrokan di hari raya Idul Fitri yang berujung memunculkan perang selama beberapa hari.

Israel disebut berupaya memperlemah pusat-pusat kekuatan umat Islam atau simbol masyarakat, termasuk masjid. Masjid sebagai tempat paling utama Muslim dinilai harus dikuasai.

Masjid Al Aqsha termasuk masjid suci, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi. Selayaknya tempat pada umumnya, masjid seharusnya bisa dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Namun, peraturan terakhir yang ditetapkan oleh pemerintah sayap kanan ekstrem ultra nasionalis Benjamin Netanyahu menyebut ada pembatasan.

Prof Sudarnoto juga menyebut di momen Ramadhan ini bertepatan dengan hari suci umat Yahudi. Meski telah ditetapkan tempat tersendiri bagi mereka, di tembok ratapan, tetapi mereka merasa ada kepentingan menggunakan Masjid Al Aqsha.

"Sinyal dri Menteri Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir yang masuk ke wilayah masjid beberapa waktu lalu, seolah-olah membuat mereka (Yahudi) bisa melakukan ibadah bahkan di masjid tempat Muslim beribadah," ujar dia.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement