Kamis 06 Apr 2023 17:30 WIB

Ternyata, Tubuh Manusia Didesain Kuat Berpuasa Sejak Bayi

Anak yang sehat tidak masalah jika diajak belajar berpuasa.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Anak belajar berpuasa (ilustrasi). Meski siap secara fisik, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mengajarkan anak berpuasa, misalnya kematangan mental, emosi, dan spiritual anak.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anak belajar berpuasa (ilustrasi). Meski siap secara fisik, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mengajarkan anak berpuasa, misalnya kematangan mental, emosi, dan spiritual anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang tua mungkin memiliki sedikit kekhawatiran saat mulai memperkenalkan ibadah puasa Ramadhan kepada anak mereka yang masih kecil. Namun, orang tua sebenarnya tak perlu khawatir. Ibadah puasa aman dilakukan oleh anak selama mereka memiliki kondisi fisik yang sehat dan siap secara mental.

"Sejak bayi, manusia didesain untuk kuat berpuasa," jelas Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) dalam taklimat media bersama IDAI, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga

Menurut dr Piprim, di beberapa hari pertama setelah persalinan, bayi tak mendapatkan ASI dari ibu. Alasannya, di masa-masa ini, ibu baru bisa mengeluarkan kolostrum.

Jumlah kolostrum yang dikeluarkan ibu pun tidak banyak, hanya berkisar 20-30 cc per hari. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 25 kalori saja.

Di sisi lain, bayi dengan berat 3 kg umumnya membutuhkan asupan sekitar 300 kalori per hari. Dengan kata lain, bayi kekurangan asupan sekitar 275 kalori di hari-hari pertama mereka.

Namun, bayi tetap bisa bertahan dengan baik meski harus "berpuasa" dan hanya mendapatkan kolostrum di hari-hari pertamanya. Hal ini bisa terjadi karena tubuh bayi baru lahir memiliki cadangan energi berupa lemak coklat.

"Oleh Allah sudah disiapkan yang disebut dengan lemak coklat, brown fat, (untuk menutup kekurangan kalori tersebut)," ujar dr Piprim.

Namun meski fisik sudah siap, dr Piprim mengatakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum mengajarkan anak untuk berpuasa Ramadhan. Faktor-faktor tersebut adalah kematangan mental, emosi, dan spiritual anak.

Selain itu, orang tua juga perlu mengenali kondisi kesehatan anak mereka. Anak dengan kondisi malanutrisi atau kekurangan gizi tak dianjurkan untuk berpuasa.

"Wong dia sedang kekurangan nutrisi, jadi harus dipenuhi nutrisinya sampai status gizinya bagus, normal lagi, baru bisa diajarkan puasa," kata dr Piprim.

Selain itu, anak yang menderita penyakit kronis berat seperti tuberkulosis (TB) atau kanker juga tak dianjurkan berpuasa. Sedangkan untuk anak yang mengidap diabetes tipe 1, orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengajak anak berpuasa.

"Tapi secara umum, anak yang sehat oke-oke saja puasa, tidak ada masalah. Anak yang sakit kronis, sakit berat, emmang tidak dianjurkan berpuasa," jelas dr Piprim.

Bila anak telah siap secara mental dan fisik untuk berpuasa, dr Piprim mengatakan ada beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh orang tua. Mengingat anak kecil belum wajib berpuasa, hal pertama yang perlu disadari orang tua adalah tidak memaksa anak untuk berpuasa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement