REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin meminta komunitas internasional pada hari Rabu (5/4/2023), untuk menekan Tel Aviv atas insiden serangan berturut-turut ke kompleks Masjid Al Aqsa. Polisi Israel menyerang ke dalam area Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Ibrahim Kalin mengutuk keras apa yang ia sebut, serangan sembrono oleh pasukan Israel. Kalin mengatakan serangan terbaru di dalam Masjid Al Aqsa dan penangkapan warga sipil Palestina adalah cara bagi pemerintah Israel untuk menutupi kesulitan internalnya sendiri, mengacu pada kerusuhan selama berminggu-minggu atas proposal perombakan peradilan oleh pemerintahan Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu.
Pejabat Turki itu juga menekankan bahwa Ankara akan terus menentang setiap upaya untuk mengubah status demografi agama dan sejarah kota Yerusalem dan Masjid Al Aqsa.
Kemudian, mengenai tawaran Swedia untuk bergabung dengan NATO, Kalin mengatakan bahwa negara Nordik hanya perlu memenuhi janjinya kepada Ankara untuk menjadi anggota aliansi tersebut.
"Tuntutan kami belum dipenuhi. Swedia memiliki langkah-langkah yang harus diambil. Prosesnya akan berjalan sesuai dengan langkah yang akan diambil Swedia," tambahnya.
Mengenai hubungan Turki-AS dan penjualan jet tempur F-16 ke Ankara, Kalin mengatakan "Kami memiliki Kizilelma kami, proyek pesawat tempur nasional kami, kami memiliki alternatif, kepada mereka yang menolak menjual (jet tempur) F-16 kepada kami. Mereka akan menyesalinya sendiri," ujarnya.
Ditanya tentang perjalanan baru-baru ini oleh Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, ke daerah-daerah yang diduduki oleh kelompok bersenjata Kursi (PKK/YPG) di Suriah utara, Kalin mengatakan Ankara tidak "puas" dengan pernyataan yang mengatakan bahwa dia hanya bertemu dengan tentara AS.
Dia lebih lanjut mencatat bahwa dukungan AS untuk teroris PKK/YPG tidak hanya "meracuni" hubungan dengan Turki tetapi juga merusak struktur demografis Suriah.