REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan Indonesia harus melewatkan kesempatan emas mendapatkan benefit dari Piala Dunia U-20. Heri menyebut dampak ekonomi penyelenggaraan Piala Dunia U-20 begitu luas, mulai dari transportasi, hingga kuliner.
"Pengalaman event olahraga sebelumnya bisa dipastikan tuan rumah pasti meraup keuntungan secara ekonomi, baik jangka pendek atau panjang. Contoh Piala Dunia terakhir, Qatar meraup untung Rp 117,75 triliun ini fantastis, lebih dari beberapa APBD di provinsi Indonesia," ujar Heri dalam diskusi publik Indef bertajuk "Piala Dunia U-20: Tuan Rumah Batal Potensi Ekonomi Buyar" di Jakarta, Kamis (6/4/2023).
Heri mengatakan Indonesia harus berkaca dengan kesuksesan Asian Games dan MotoGP Mandalika yang mempunyai dampak bagi ekonomi. Namun, ucap Heri, Indonesia pada akhirnya harus menelan pil pahit setelah dibatalkan FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Heri menilai keputusan ini berujung pada konsekuensi kerugian secara ekonomi yang harus diterima Indonesia, baik sebagai dampak langsung maupun tidak langsung.
"Jadi ada potensi-potensi ekonomi yang hilang akibat batal, kalau dihitung-hitung potensi ekonomi Rp 3,36 triliun secara nasional. Lalu ditambah dampak langsung sebesar Rp 1,13 triliun," kata Heri.