Jumat 07 Apr 2023 14:53 WIB

Cina Bantah Terlibat Perdagangan Fentanil Ilegal dengan Meksiko

Kemenlu Cina menyalahkan puluhan ribu kematian akibat overdosis fentanil pada AS.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Seorang tunawisma pecandu memegang potongan fentanil di Los Angeles, AS, 18 Agustus 2022. Opioid sintetik kuat yang murah untuk diproduksi ini sering dijual apa adanya atau dicampur obat lain. Penggunannya telah merebak di AS. Karena 50 kali lebih kuat dari heroin, dosis kecil pun bisa berakibat fatal. Fentanil dengan cepat menjadi obat paling mematikan di AS, menurut Drug Enforcement Administration.
Foto: AP/Jae C Hong
Seorang tunawisma pecandu memegang potongan fentanil di Los Angeles, AS, 18 Agustus 2022. Opioid sintetik kuat yang murah untuk diproduksi ini sering dijual apa adanya atau dicampur obat lain. Penggunannya telah merebak di AS. Karena 50 kali lebih kuat dari heroin, dosis kecil pun bisa berakibat fatal. Fentanil dengan cepat menjadi obat paling mematikan di AS, menurut Drug Enforcement Administration.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO -- Pemerintah Cina membantah keterlibatan dalam perdagangan fentanil ilegal dengan Meksiko. Beijing mengatakan pada Kamis (6/4/2023), belum diberitahu oleh pemerintah Mexico City tentang penyitaan bahan kimia yang digunakan untuk membuat obat terlarang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning menyalahkan puluhan ribu kematian akibat overdosis fentanil pada Amerika Serikat (AS) . “Akar penyebab overdosis terletak pada AS sendiri, dan masalahnya sepenuhnya dibuat di AS. AS harus menghadapi masalahnya sendiri, dan mengambil langkah-langkah yang lebih substantif untuk memperkuat pengawasan domestik dan mengurangi permintaan,” kata Mao.

Baca Juga

Pemerintah AS telah menekan Meksiko dan Cina untuk berbuat lebih banyak untuk mengekang perdagangan opioid sintetik. Perdagangan itu disalahkan atas sekitar 70 ribu kematian akibat overdosis per tahun di AS.

Pemerintah AS mengatakan pada 2021, bahwa setelah Cina mulai mengawasi fentanil secara ketat, pedagang Cina mulai beralih dari fentanil jadi ke mengekspor bahan kimia prekursor ke Meksiko. Transaksi itu membuat para kartel di Meksiko semakin banyak memproduksi obat tersebut dan memperdagangkannya ke utara melintasi perbatasan.

Sebagian besar fentanil ilegal ditekan oleh kartel Meksiko menjadi pil palsu. Obat ini dibuat agar terlihat seperti obat lain seperti Xanax, oxycodone, atau Percocet, atau dicampur dengan obat lain, termasuk heroin dan kokain. Banyak orang yang meninggal karena overdosis di AS tidak mengetahui bahwa telah mengonsumsi fentanil.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dalam beberapa pekan terakhir membantah bahwa fentanil diproduksi di Meksiko. Namun, pemerintahannya sendiri telah mengakui menemukan lusinan laboratorium tempat produksinya, terutama di negara bagian utara Sinaloa.

Lopez Obrador pun kesal dengan meningkatnya seruan di antara beberapa anggota parlemen Republik agar AS mengambil tindakan lebih agresif terhadap kartel Meksiko. Dia akhirnya menulis surat kepada Presiden Cina Xi Jinping minggu ini untuk meminta bantuan.

Mao menyatakan, Cina berempati dengan posisi Meksiko. Namun Beijing telah mengambil tindakan keras terhadap fentanil, memberlakukan pengawasan ketat terhadap fentanil dan zat terkait fentanil yang bahkan melampaui apa yang telah dilakukan AS.

“Cina dengan tegas mendukung upaya Meksiko untuk menjaga kemerdekaannya dan menentang campur tangan asing, dan meminta negara-negara terkait untuk menghentikan praktik perundungan dan hegemoniknya terhadap Meksiko,” kata Mao.

“Pada saat yang sama, kami berharap Meksiko akan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat dalam hal kontra-narkotika," ujarnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement