REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pesantren memiliki potensi menjadi basis kekuatan ekonomi syariah. Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Wahyu Purnama mengatakan hal tersebut terlihat dari banyaknya jumlah pesantren di Indonesia.
"Pesantren bukan hanya menjadi tempat mencetak da'i dan ulama, tetapi pesantren diharapkan menjadi basis kekuatan ekonomi syariah. Karena banyaknya pesantren ada sekitar 28 ribu," kata Wahyu dalam acara Talkshow My Halal Lifestyle Republika Ramadhan Festival di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (7/4/2023).
Untuk itu, Wahyu menilai banyaknya jumlah pesantren di Indonesia bisa menjadi kekuatan jika memiliki kegiatan usaha syariah. Dia memastikan, BI juga melakukan pendekatan dengan memberdayakan ekonomi di pesantren.
Dia menuturkan, BI juga membentuk himpunan ekonomi bisnis pesantren (Hebitren). "Dengan membentuk himpunan ini, pesantren bisa saling integrasi. Misal produk nugget ikan atau ayam dihasilkan satu pesantren, lalu pesantren lain bisa pasok ikannya, bibitnya, bisa juga ikut dalam penjualannya. Jadi terintegrasi dan ini sangat menguntungkan," kata Wahyu menjelaskan.
Wahyu menambahkan, BI juga mendukung digitalisasi dan akan terus dikembangkan. Khususnya mengenai digitalisasi wakaf, infak, sedekah di pesantren sehingga mudah untuk melakukan pembayarannya.
Tak hanya itu, Wahyu mengatakan, halal value chain juga bisa didorong di pesantren termasuk yang guna menghasilkan produk dengan memastikan sertfikasi halalnya. "Kalau ada produk misal nugget tadi, maka semuanya harus melalui proses pemeriksaan halal dari mulai pemotongan daging hingga tempat potong hewal halal" ungkap Wahyu.