REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mendeteksi empat titik panas di Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kaltim, sehingga semua pihak diajak saling waspada dan menjaga agar tidak terjadi titik panas lagi.
"Sebaran titik panas tersebut telah kami informasikan kepada pihak terkait agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan BMKG Balikpapan Diyan Novrida di Balikpapan, Jumat (7/4/2023).
Keempat titik panas tersebut terpantau, Kamis, 6 April mulai pukul 01.00 hingga pukul 24.00 Wita, dan langsung disampaikan ke instansi terkait, terutama ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) baik di tingkat Provinsi Kaltim maupun kabupaten/kota agar mendapat penanganan lebih lanjut.
Lima hari lalu (Ahad, 2/4/2023), BMKG juga mendeteksi sebanyak empat titik panas yang tersebar di Kabupaten Kutai Timur, namun titik panas tersebut kemudian padam setelah dilakukan penanganan oleh pihak terkait.
Sedangkan empat titik panas yang terpantau kemarin berada di titik koordinat berbeda, meskipun ada yang masih dalam satu kabupaten maupun kecamatan yang sama. Sedangkan empat titik panas yang terdeteksi di Balikpapan dan Kutim tersebut rinciannya adalah di Balikpapan ada satu titik panas, berada di Kecamatan Balikpapan Kota dengan tingkat kepercayaan rendah.
Kemudian tiga titik panas yang terdeteksi di Kabupaten Kutim, ketiga berada di Kecamatan Bengalon yang semuanya memiliki tingkat kepercayaan menengah.
Ia mengimbau semua elemen masyarakat sama-sama menjaga agar tidak terjadi kebakaran, seperti tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak melakukan pembakaran saat mengelola lahan, apalagi jika di kawasan tersebut ada hutan atau lahan yang mudah terbakar.
"Sebenarnya saat ini masih masuk musim hujan, namun terdapat peluang dalam beberapa hari tidak terjadi hujan berturut-turut di sejumlah kawasan, sehingga hal ini berakibat pada biomassa yang kering kemudian rawan terjadi kebakaran lahan dan hutan (karhutla), maka kita harus saling menjaga dan waspada," kata Diyan.