REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan jantung merupakan kondisi darurat medis serius yang bisa mengancam jiwa. Meski begitu, pasien serangan jantung memiliki peluang untuk selamat dari serangan mematikan ini. Seberapa besar?
Secara umum, serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung menurun sangat drastis (NSTEMI) atau bahkan terhenti sama sekali (STEMI). Semakin lama kondisi ini tak ditangani secara medis, semakin besar kerusakan yang mungkin terjadi pada jantung.
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi peluang selamat pasien serangan jantung. Berikut ini adalah enam faktor di antaranya, seperti dilansir Very Well Health, Sabtu (8/4/2023):
1. Jenis serangan jantung
Secara umum, ada dua jenis serangan jantung yang umum, yaitu STEMI dan NSTEMI. Ada pula jenis serangan jantung yang lebih jarang, yaitu spasme arteri koroner dan diseksi arteri koroner. STEMI merupakan jenis serangan jantung yang paling berat.
Peluang selamat pasien juga bergantung pada lokasi arteri yang tersumbat dalam serangan jantung. Sumbatan di arteri left anterior descending (LAD) memiliki risiko kematian paling tinggi.
Sebuah studi menemukan bahwa tingkat kematian pada kasus STEMI yang terjadi di LAD memiliki tingkat kematian 7,1 persen. Serangan jantung yang melibatkan arteri LAD juga berkaitan dengan peningkatan risiko gagal jantung dan strok.
2. Jenis kelamin
Wanita memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan pria dalam waktu beberapa pekan setelah serangan jantung terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran arteri wanita yang lebih kecil, gejala serangan jantung yang berbeda pada wanita, diagnosis yang terlambat, serta usia. Wanita cenderung mengalami serangan jantung di usia yang lebih tua dibandingkan pria.
Angka wanita yang mengalami kematian dalam waktu satu tahun setelah serangan jantung adalah 23 persen. Risiko ini meningkat jadi 47 persen pada tahun kelima setelah serangan jantung.
3. Kematian otot jantung
Peluang selamat pasien juga dipengaruhi oleh seberapa banyak otot jantung yang mengalami kematian akibat serangan jantung. Semakin dekat sumbatan yang terjadi dengan arteri koroner, semakin besar pula otot jantung yang terdampak dan berisiko mengalami kematian.
4. Waktu penanganan
Seberapa cepat pasien mendapatkan pertolongan setelah serangan jantung juga dapat mempengaruhi peluang selamat mereka. Semakin cepat sumbatan arteri diatasi, semakin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.
Ada lebih banyak otot jantung yang bisa terhindar dari kerusakan permanen bila pasien yang ditangani dalam waktu tiga hingga empat jam setelah serangan jantung. Bila penanganan baru diberikan dalam waktu lima hingga enam jam setelah serangan, area otot jantung yang bisa diselamatkan akan menurun. Setelah lebih dari 12 jam, pengobatan cenderung tak bisa mengembalikan kondisi otot jantung yang sudah rusak.
5. Usia
Sebuah studi pada 2017 menemukan bahwa pasien serangan jantung berusia 65 tahun ke atas berisiko tiga kali lipat lebih besar terhadap kematian dibandingkan pasien berusia 18-64 tahun. Tingkat kematian dalam waktu 30 hari setelah serangan adalah 9,5 persen untuk pasien lansia dan 3 persen untuk pasien lebih muda.
6. Frekuensi serangan
Setelah serangan jantung pertama, sekitar 20 persen orang berusia 45 tahun ke atas akan mengalami serangan jantung kedua dalam kurun waktu lima tahun. Upaya pencegahan serangan jantung berikutnya perlu dilakukan untuk menekan risiko kematian. Upaya ini bisa dilakukan melalui terapi hingga perubahan gaya hidup.