Sabtu 08 Apr 2023 14:51 WIB

Kena Serangan Jantung, Siapa Saja yang Berpeluang Selamat?

Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi peluang selamat pasien serangan jantung.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang pria kena serangan jantung (ilustrasi). Peluang seseorang selamat setelah kena serangan jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Foto: www.freepik.com.
Seorang pria kena serangan jantung (ilustrasi). Peluang seseorang selamat setelah kena serangan jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan jantung merupakan kondisi darurat medis serius yang bisa mengancam jiwa. Meski begitu, pasien serangan jantung memiliki peluang untuk selamat dari serangan mematikan ini. Seberapa besar?

Secara umum, serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung menurun sangat drastis (NSTEMI) atau bahkan terhenti sama sekali (STEMI). Semakin lama kondisi ini tak ditangani secara medis, semakin besar kerusakan yang mungkin terjadi pada jantung.

Baca Juga

Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi peluang selamat pasien serangan jantung. Berikut ini adalah enam faktor di antaranya, seperti dilansir Very Well Health, Sabtu (8/4/2023):

1. Jenis serangan jantung

Secara umum, ada dua jenis serangan jantung yang umum, yaitu STEMI dan NSTEMI. Ada pula jenis serangan jantung yang lebih jarang, yaitu spasme arteri koroner dan diseksi arteri koroner. STEMI merupakan jenis serangan jantung yang paling berat.

Peluang selamat pasien juga bergantung pada lokasi arteri yang tersumbat dalam serangan jantung. Sumbatan di arteri left anterior descending (LAD) memiliki risiko kematian paling tinggi.

Sebuah studi menemukan bahwa tingkat kematian pada kasus STEMI yang terjadi di LAD memiliki tingkat kematian 7,1 persen. Serangan jantung yang melibatkan arteri LAD juga berkaitan dengan peningkatan risiko gagal jantung dan strok.

2. Jenis kelamin

Wanita memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan pria dalam waktu beberapa pekan setelah serangan jantung terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran arteri wanita yang lebih kecil, gejala serangan jantung yang berbeda pada wanita, diagnosis yang terlambat, serta usia. Wanita cenderung mengalami serangan jantung di usia yang lebih tua dibandingkan pria.

Angka wanita yang mengalami kematian dalam waktu satu tahun setelah serangan jantung adalah 23 persen. Risiko ini meningkat jadi 47 persen pada tahun kelima setelah serangan jantung.

3. Kematian otot jantung

Peluang selamat pasien juga dipengaruhi oleh seberapa banyak otot jantung yang mengalami kematian akibat serangan jantung. Semakin dekat sumbatan yang terjadi dengan arteri koroner, semakin besar pula otot jantung yang terdampak dan berisiko mengalami kematian.

4. Waktu penanganan

Seberapa cepat pasien mendapatkan pertolongan setelah serangan jantung juga dapat mempengaruhi peluang selamat mereka. Semakin cepat sumbatan arteri diatasi, semakin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.

Ada lebih banyak otot jantung yang bisa terhindar dari kerusakan permanen bila pasien yang ditangani dalam waktu tiga hingga empat jam  setelah serangan jantung. Bila penanganan baru diberikan dalam waktu lima hingga enam jam setelah serangan, area otot jantung yang bisa diselamatkan akan menurun. Setelah lebih dari 12 jam, pengobatan cenderung tak bisa mengembalikan kondisi otot jantung yang sudah rusak.

5. Usia

Sebuah studi pada 2017 menemukan bahwa pasien serangan jantung berusia 65 tahun ke atas berisiko tiga kali lipat lebih besar terhadap kematian dibandingkan pasien berusia 18-64 tahun. Tingkat kematian dalam waktu 30 hari setelah serangan adalah 9,5 persen untuk pasien lansia dan 3 persen untuk pasien lebih muda.

6. Frekuensi serangan

Setelah serangan jantung pertama, sekitar 20 persen orang berusia 45 tahun ke atas akan mengalami serangan jantung kedua dalam kurun waktu lima tahun. Upaya pencegahan serangan jantung berikutnya perlu dilakukan untuk menekan risiko kematian. Upaya ini bisa dilakukan melalui terapi hingga perubahan gaya hidup.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement