REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obligasi dinilai cukup menarik di tengah kondisi pasar saham yang masih cenderung sideways atau bergerak mendatar dari awal tahun hingga saat ini. Hal tersebut tecermin dari arus masuk (inflow) investor asing ke aset obligasi yang mencapai Rp 54,1 triliun sepanjang Maret 2023 dan Rp 96,7 triliun selama kuartal I 2023.
Dikutip dari artikel edukasi Bibit, investasi obligasi cukup menarik di tahun ini. Secara historis, suku bunga Bank Indonesia (BI) mulai mendekati level yang sama dengan Juni 2019 yaitu di posisi enam persen sebelum diturunkan perlahan oleh bank sentral.
Artinya, suku bunga BI berpotensi telah mencapai puncak setelah menahan posisi suku bunga di level 5,75 persen dalam dua bulan terakhir seiring dengan mulai melandainya inflasi menjadi 4,97 persen per Maret 2023. Pergerakan harga obligasi akan berlawanan dengan ekspektasi suku bunga dan yield (imbal hasil) obligasi.
"Jadi ketika ekspektasi suku bunga naik, yield (imbal hasil) yang diharapkan oleh investor akan naik. Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, sehingga ketika yield naik maka harga obligasi turun," tulis Bibit, Ahad (9/4/2023).
Per 4 April 2023, imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun (ID10Y) berada di 6,7 persen dan sepanjang kuartal I 2023 bergerak di rentang 6,6 persen-7 persen. Sementara jika dibandingkan dengan kuartal I 2022 (tahun lalu), ID10Y berada di level 6,5 persen.
Dengan demikian, jika nantinya suku bunga BI mulai dipangkas, maka tak menutup kemungkinan ID10Y mendekati 6,5 persen dan harga obligasi pun meningkat. Ini bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk melakukan cicil beli (dollar cost averaging) saat harga obligasi belum naik dan risiko penurunan cenderung terbatas.
Berdasarkan data historis saat terjadinya pemangkasan suku bunga Bank Indonesia pada Januari 2016 dan Juni 2019, investor sudah mulai mengumpulkan obligasi tiga bulan sebelum puncak suku bunga. Return yang diperoleh pun bisa optimal, yakni 13,46 persen jika ditahan selama satu tahun dan 27,78 persen jika hold selama tiga tahun.