Ahad 09 Apr 2023 19:55 WIB

Nasib Nelayan di Selat Taiwan

Perjalanan ke laut lebih berat ketika Cina gelar latihan militer di Selat Taiwan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang ditayangkan Sabtu (8/4/2023) oleh CCTV China, sebuah kapal China berlayar di Selat Taiwan. Militer China mengumumkan latihan di sekitar Taiwan pada hari Sabtu sebagai tindakan pembalasan baru atas pertemuan antara ketua DPR AS dan presiden pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim oleh Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Foto: CCTV via AP
Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang ditayangkan Sabtu (8/4/2023) oleh CCTV China, sebuah kapal China berlayar di Selat Taiwan. Militer China mengumumkan latihan di sekitar Taiwan pada hari Sabtu sebagai tindakan pembalasan baru atas pertemuan antara ketua DPR AS dan presiden pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim oleh Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Awak kapal penangkap ikan Cina mengkhawatirkan mata pencaharian mereka, ketika Beijing mengirim kapal perang dan jet tempur ke Selat Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Amerika Serikat (AS).

Selama bertahun-tahun, nelayan Cina menjaring ikan, udang, dan kepiting di dekat perairan Taiwan. Penduduk desa di Pulau Pingtan di Provinsi Fujian tenggara Cina, yang tepat berada di seberang Taiwan, mengatakan, menangkap ikan adalah mata pencaharian mereka. Penduduk setempat mengatakan, perjalanan ke laut menjadi lebih berat ketika Cina menggelar latihan militer baru di Selat Taiwan.

Baca Juga

“Jika tidak ada ikan yang masuk ke jaring saya, keluarga saya mungkin akan mati kelaparan,” kata Wang, seorang nelayan berusia 40-an di Desa Dafu Pingtan, tempat nenek moyangnya telah menangkap ikan selama beberapa generasi.  

Wang hanya mengidentifikasi dirinya dengan nama keluarganya karena sensitifnya situasi. Kapal Wang berlayar pada Jumat (7/4/2023) pagi ke lokasi penangkapan ikan yang terletak sekitar setengah jam dari Pingtan. Kapal Wang berhasil membawa pulang tangkapan ikan senilai sekitar 7.000 yuan, terutama udang merah dan ikan bawal.  

Sekitar 20 orang bekerja di kapal Wang. Dia mengatakan, setiap nelayan menghasilkan sekitar 200 hingga 300 yuan untuk satu hari. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk menghidupi keluarga.

"Diesel semakin mahal, dan biaya hidup kami telah meningkat secara signifikan, dengan sedikitnya subsidi pemerintah," kata Wang.

Cina meluncurkan latihan di sekitar pulau utama Taiwan pada Sabtu (8/4/2023) sebagai bagian dari latihan yang akan berlangsung hingga Senin (10/4/2023). Biro Kelautan Fujian juga mengumumkan latihan tembak langsung di lepas pantai Ibu Kota Fujian, Fuzhou, serta Pingtan.

Kegiatan tersebut tidak akan menghentikan nelayan untuk melaut. Namun ketegangan yang meningkat akan membuat mereka semakin waspada untuk mendekati garis tengah.

“Dulu kami pergi ke perairan terbuka, tapi sekarang kami hanya menangkap ikan di dekat pantai, karena kami tidak boleh melewati garis merah. Tidak ada gunanya mempertaruhkan denda besar,” kata nelayan lain, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Yan.

Wang mengatakan dia lebih khawatir tentang akhir musim penangkapan ikan pada 1 Mei. Penduduk pulau, termasuk Wang, berebut untuk memanfaatkan setiap kesempatan berlayar saat mereka bersiap untuk menghadapi rentang waktu tiga bulan tanpa pendapatan.

"Kami telah memancing sejak kami masih sangat muda, dan akan melakukannya sampai kami cukup dewasa untuk mati, kami tidak punya waktu untuk memikirkan masalah selain perjuangan pribadi kami," kata Wang sambil tersenyum kecil.  

Pada Sabtu, Taipei mengatakan lebih dari 40 pesawat Cina melintasi garis median Selat Taiwan. Hubungan yang memburuk membuat nelayan China semakin takut mendekati garis tersebut.

"Tidak ada yang berani melewati garis itu atau bahkan mendekatinya," kata Yan, yang kapalnya sering berlayar di sekitar Pulau Niushan yang kaya sumber daya.

Tahun lalu, penjaga pantai Taiwan menahan anggota awak kapal penangkap ikan Cina. Kantor Urusan Taiwan Cina dalam beberapa tahun terakhir telah meminta pihak berwenang Taiwan untuk berhenti memperlakukan nelayan Cina dengan cara kekerasan dan berhenti menyita kapal penangkap ikan.

"Kami dapat dikenakan biaya ratusan ribu yuan oleh pemerintah Taiwan jika ditemukan melewati garis merah untuk trawling," kata Wang.

Nelayan lain, Lin, mengatakan, dia berharap hubungan Cina dan Taiwan akan membaik. "Jika ada perang, Pingtan pasti akan menjadi garis depan, dan saya akan mendaftar jika negara kita membutuhkan saya," kata Lin.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement