Senin 10 Apr 2023 06:10 WIB

AS Merasa Dipinggirkan dengan Rekonsiliasi Arab Saudi-Iran

Riyadh dan Teheran setuju untuk membangun kembali hubungan diplomatik penuh.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Foto selebaran yang disediakan oleh kantor kementerian luar negeri Iran menunjukkan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdoulahian (kanan) berjabat tangan dengan mitranya dari Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud (kiri) selama pertemuan di Beijing, China, 06 April 2023. Menurut Dalam pernyataan bersama, kedua belah pihak bertemu untuk membahas pembukaan kembali kedutaan dan konsulat mereka setelah kedua negara menandatangani kesepakatan yang ditengahi China pada 10 Maret untuk melanjutkan hubungan diplomatik.
Foto: EPA-EFE/IRANIAN FOREIGN MINISTRY
Foto selebaran yang disediakan oleh kantor kementerian luar negeri Iran menunjukkan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdoulahian (kanan) berjabat tangan dengan mitranya dari Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud (kiri) selama pertemuan di Beijing, China, 06 April 2023. Menurut Dalam pernyataan bersama, kedua belah pihak bertemu untuk membahas pembukaan kembali kedutaan dan konsulat mereka setelah kedua negara menandatangani kesepakatan yang ditengahi China pada 10 Maret untuk melanjutkan hubungan diplomatik.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) menyatakan ketidaksenangan terhadap rekonsiliasi Arab Saudi dengan Iran. The Wall Street Journal melaporkan, Direktur CIA Bill Burns mengatakan kepada Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman  bahwa AS merasa 'dibutakan' oleh pemulihan hubungan Saudi dengan Iran dan Suriah.

Washington merasa frustrasi karena tidak dilibatkan dalam perkembangan regional, sehingga merasa dikesampingkan. The Wall Street Journal juga melaporkan, seorang pejabat AS mengonfirmasi, Burns membahas kerja sama intelijen dan kontraterorisme dengan pejabat Saudi.

Baca Juga

Riyadh dan Teheran setuju untuk membangun kembali hubungan diplomatik penuh, setelah sekitar delapan tahun putus hubungan. Kesepakatan rekonsiliasi ini ditengahi oleh Cina. Sebagian besar komunitas internasional menganggap pulihnya hubungan Saudi-Iran sebagai pukulan terhadap hegemoni AS di Timur Tengah dan dunia secara luas.

Ada juga indikasi Saudi sedang bersiap menormalisasi hubungan dengan rezim Suriah Bashar al-Assad. Langkah ini juga akan bertentangan dengan sikap kebijakan luar negeri utama Amerika di wilayah tersebut.

Burns melakukan perjalanan dengan waktu yang dirahasiakan pekan ini ke Arab Saudi, untuk membahas kerja sama intelijen. Dalam pertemuan tersebut, dia mengungkapkan rasa frustrasi Washington karena ditinggalkan dalam pembangunan regional.

Kunjungan tersebut pertama kali dilaporkan Washington Post. Kunjungan Burns mengikuti serangkaian terobosan diplomatik yang mengejutkan oleh Riyadh. 

Burns telah mendapatkan reputasi sebagai utusan 'jalur belakang' Gedung Putih untuk misi kebijakan luar negeri yang sensitif. Akhir tahun lalu, dia melakukan perjalanan ke Rusia dalam upaya memperingatkan Presiden Vladimir Putin agar tidak menyerang Ukraina. Namun upaya Burns gagal. Rusia tetap melancarkan serangan ke Ukraina.

Burns juga mengunjungi Saudi menjelang kunjungan Presiden Biden pada Juli ke negara itu. Kunjungan Biden ini merupakan upaya memperbaiki hubungan kedua negara yang renggang. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement