REPUBLIKA.CO.ID, KYIV — Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menjadi tuan rumah komunitas Tatar Krimea, minoritas Muslim negara itu untuk buka puasa pertama kalinya pada Jumat (7/4/2023), saat dia mengkritik perlakuan Rusia di Semenanjung.
Rusia merebut kendali Krimea dari Ukraina pada 2014 lalu dan mendorong melalui referendum tentang aneksasi yang dikutuk sebagai penipuan dan tidak sah oleh Ukraina dan sekutu Baratnya.
"Upaya Rusia untuk memperbudak Ukraina dimulai persis dengan pendudukan Krimea, tepatnya dengan represi terhadap kebebasan Tatar Krimea, Ukraina, Krimea, dan Muslim Krimea," katanya kepada para pemimpin Muslim Ukraina dan duta besar dari negara-negara Muslim, dilansir dari Daily Sabah, Senin (10/4/2023).
Komunitas Tatar, yang menyumbang 12-15 persen dari dua juta penduduk Krimea, sebagian besar memboikot pemungutan suara 2014.
Moskow kemudian melarang Mejlis, majelis tradisional minoritas Muslim Tatar di Krimea, dan menyatakannya sebagai organisasi ekstremis dan sejak itu memenjarakan anggota komunitas, dengan alasan masalah keamanan.
"Tidak ada alternatif untuk Ukraina, atau untuk dunia, selain dengan pendudukan Krimea. Kami akan kembali ke Krimea," kata Zelenskyy, sebelum membagikan penghargaan kepada beberapa prajurit Muslim Ukraina.
Zelenskyy, berbicara di sebuah masjid di luar pusat ibu kota, mengumumkan bahwa Ukraina memulai tradisi baru menjadi tuan rumah buka puasa resmi, makanan yang berbuka puasa setiap hari selama bulan suci Ramadhan.
Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel
"Ukraina berterima kasih kepada umat Islam di negara kita dan kepada semua orang di komunitas Muslim di dunia yang, seperti kita, merindukan perdamaian dan perlindungan dari kejahatan," tambahnya.
Beberapa negara mayoritas Muslim, termasuk Turki dan Arab Saudi, telah memposisikan diri mereka sebagai mediator dalam konflik di Ukraina, menengahi perjanjian antara Kyiv dan Moskow tentang ekspor biji-bijian atau pertukaran tahanan.
Rusia memiliki minoritas Muslim yang besar dari wilayah selatan, termasuk Chechnya dan Dagestan, banyak di antaranya berjuang untuk Moskow di Ukraina.
Sumber: dailysabah