REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Pemerintah Jepang akan merumuskan pedoman mengenai penggunaan ChatGPT dan chatbot kecerdasan buatan (AI) lainnya di sekolah-sekolah kemungkinan pada Maret tahun depan. Hal itu disebabkan karena kekhawatiran atas dampak ChatGPT dan chatbot kecerdasan buatan terhadap keterampilan menulis dan berpikir siswa. "Saat menggunakan teknologi baru, penting untuk mengingat pro dan kontra," kata Kepala Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno pada konferensi pers dilansir Japan Today, Senin (10/4/2023).
Langkah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi itu muncul saat perlombaan AI menciptakan mesin yang lebih pintar dari manusia dan mengganggu berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga bisnis. Pada pekan lalu, Otoritas Perlindungan Data Italia memberlakukan larangan sementara penggunaan ChatGPT karena kecurigaan bahwa pengembangnya OpenAI secara ilegal mengumpulkan data pribadi dalam jumlah besar.
Pihak berwenang Italia mengatakan perusahaan yang berbasis di AS itu akan menyajikan langkah-langkah korektif dan bekerja untuk meningkatkan transparansi. Chatbot adalah aplikasi perangkat lunak yang dilatih menggunakan data dalam jumlah besar dari internet, yang memungkinkan mereka untuk memproses dan mensimulasikan percakapan seperti manusia dengan pengguna.
ChatGPT, yang diluncurkan pada November 2022 sebagai prototipe, singkatan dari Chat Generative Pre-trained Transformer dan digerakkan oleh model pembelajaran mesin yang bekerja seperti otak manusia.
Meskipun tidak selalu 100 persen akurat, alat obrolan dapat hampir secara instan menghasilkan opini tentang sebuah novel hanya dengan petunjuk yang berisi judul dan pengarang, dengan prosa yang praktis tidak dapat dibedakan dari yang ditulis oleh manusia.
Namun, potensi AI chatbot yang mengesankan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka juga dapat menghambat kemampuan berpikir anak-anak, serta membuat guru tidak mungkin mengevaluasi tingkat tulisan siswa. Kementerian Pendidikan diharapkan untuk merumuskan pedoman penggunaan chatbot di sekolah untuk mengatasi masalah tersebut dan mengeksplorasi manfaat pendidikan mereka.
Pejabat pemerintah mengatakan sebagian dari anggaran awal 100 juta yen (sekitar Rp 11 miliar) untuk tahun fiskal 2023 yang dialokasikan untuk mempromosikan teknologi mutakhir di sekolah akan disisihkan untuk menyelidiki chatbot, termasuk kegunaannya di Jepang dan masalah yang dihadapi di luar negeri.