REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang mempertimbangkan mengadopsi teknologi kecerdasan artifisial seperti robot chat ChatGPT dari OpenAI bila masalah privasi dan keamanan siber terselesaikan. Hal ini disampaikan Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno.
Pernyataan Matsuno yang merupakan juru bicara pemerintah disampaikan setelah CEO OpenAI Sam Altman bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida dalam kunjungannya ke Jepang. Altman mengatakan, perusahaannya "ingin membuka kantor" di Jepang.
"Kami berharap untuk membangun sesuatu yang hebat bagi rakyat Jepang. membuat model yang lebih baik untuk budaya dan bahasa Jepang," kata Altman pada wartawan usai bertemu Kishida, Ahad (9/4/2023).
Matsuno ditanya mengenai keputusan Italia melarang sementara ChatGPT yang dibangun dikembangkan Microsoft Corp dan didukung OpenAI. Ia menjawab Jepang mengetahui langkah-langkah pemerintah negara lain.
Matsuno mengatakan, Jepang akan terus mengevaluasi kemungkinan memperkenalkan kecerdasan artifisial untuk mengurangi beban kerja pegawai pemerintah. Setelah mengasesmen bagaimana merespon masalah-masalah seperti pelanggaran data.
Setelah Italia melarang ChatGPT beberapa negara Eropa terinspirasi untuk mempelajari langkah serupa. Pekan lalu, Open AI mempresentasikan langkah-langkah untuk mengatasi pelanggaran data pribadi di depan regulator Italia.
Pekan lalu, perusahaan yang bermarkas di Francisco itu mengunggah tulisan berjudul 'Pendekatan Kami Pada Keamanan Kecerdasan Artifisial' di blog mereka. OpenAI mengatakan, sedang mengembangkan kebijakan yang mengatasi perilaku yang mewakili risiko nyata pada orang.
CEO OpenAI Altman mengatakan dalam pertemuan di Tokyo ia sudah memberi tahu Kishida mengenai "kelebihan teknologi ini dan bagaimana mengatasi kekurangannya."