In Picture: Sarung Goyor yang Legendaris Dibuat Secara Manual
Sarung Goyor cap Botol Terbang masih eksis sejak 1950an hingga kini.
Rep: Wihdan Hidayat/ Red: Tahta Aidilla
Pekerja memeriksa kain sarung goyor sebelum dijahit di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Pekerja membuat sarung goyor dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Pekerja membuat sarung goyor dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Pekerja membuat pola sarung goyor sebelum ditenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Pekerja membuat pola sarung goyor sebelum ditenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Pekerja memasang benang saat membuat sarung goyor di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Pekerja melipat sarung goyor yang sudah jadi di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023). (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Pekerja membuat sarung goyor dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di rumah produksi sarung goyor cap Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023).
Sarung Goyor cap Botol Terbang masih eksis sejak 1950an hingga kini. Setiap satu buah sarung membutuhkan waktu pembuatan selama 13 hari.
Harga jual sarung goyor ini mulai dari Rp 650 ribuan untuk satu buah. Pemasaran sarung legendaris ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga diekspor ke Timur Tengah.
Saat Ramadhan permintaan sarung goyor mengalami peningkatan, 50 persen, namun produksi tetap karena dibuat secara manual.
sumber : Republika/Wihdan Hidayat
Advertisement