Senin 10 Apr 2023 17:23 WIB

Sejarah Masjid Kampus UGM: Dibangun Tepat Saat Soeharto Lengser

Pembangunan Masjid Kampus dimulai dengan berbekal anggaran Rp 60 juta.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ani Nursalikah
Suasana di Masjid Kampus UGM jelang berbuka puasa.
Foto: Febrianto Adi Saputro
Suasana di Masjid Kampus UGM jelang berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) menyimpan cerita menarik dalam sejarah pembangunannya. Dikutip dari laman resmi Masjid Kampus UGM, masjid tersebut diketahui dibangun tepat saat Presiden ke-2 RI, Soeharto lengser.

Ketika itu, panitia pembangunan masjid kampus tengah menentukan arah kiblat dengan pihak Departemen Agama RI (Depag) dan tim dari jurusan Teknik Geodesi UGM. Setelah arah kiblat ditentukan, pembangunan dilanjutkan dengan peletakan batu pertama. Pembangunan Masjid Kampus dimulai dengan berbekal anggaran Rp 60 juta. 

Baca Juga

Pembina Takmir Masjid Kampus UGM Prof Edy Meiyanto dalam video berjudul Company Profile Masjid Kampus UGM di kanal Youtube Masjid Kampus UGM menceritakan awalnya UGM tidak memiliki masjid. Kemudian, Jamaah Sholahudin bersama dengan pendiri Jamaah Sholahudin, sesepuh kegiatan Islam di UGM, dan pimpinan UGM menginisiasi pembangunan masjid di UGM. 

"Alhamdulilah ada sambutan yang sangat baik, sehingga pada 1990-an kepanitian pendirian masjid di Universitas Gadjah Mada itu dibentuk. Kemudian alhamdulilah sekitar tahun 2000-an atau akhir 1990-an itu masjid kampus sudah ada," kata Edy dalam video tersebut.

Sebelum adanya masjid kampus, kegiatan keislaman rutin dilakukan di Gedung Gelanggang Mahasiswa, Bulaksumur. Seiring berjalannya waktu, Gelanggang Mahasiswa semakin tidak memadai untuk kegiatan keagamaan lantaran Gelanggang Mahasiswa juga digunakan untuk kegiatan mahasiswa lain. Baru kemudian di bawah kepemimpinan Rektor UGM Prof Koesnadi Hardjasumantri membangun Masjid Kampus.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement