REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) yang berisi tentang penilaian perang di Ukraina telah bocor ke publik. Beberapa pihak menuding Rusia berada di balik kebocoran dokumen tersebut.
Menanggapi tuduhan itu, Kremlin pada Senin (10/4/2023) mengatakan, ada kecenderungan umum untuk selalu menyalahkan Rusia atas segala hal.
Ketika ditanya tentang tuduhan bahwa Rusia mungkin bertanggung jawab, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia selalu menjadi sasaran atas berbagai kesalahan.
"Anda dan saya tahu bahwa sebenarnya ada kecenderungan untuk selalu menyalahkan segalanya pada Rusia. Secara umum, ini adalah penyakit," ujar Peskov.
Dalam dokumen yang bocor itu, terdapat data bahwa Washington memata-matai Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Tak hanya itu, intelijen AS juga memata-matai negara sekutu lainnya. Peskov mengatakan, langkah AS memata-matai Zelenskiy tidak dapat dikesampingkan.
"Fakta bahwa Amerika Serikat telah memata-matai berbagai kepala negara, terutama di ibu kota Eropa, sejak lama, telah muncul berulang kali, menyebabkan berbagai situasi skandal," kata Peskov.
Layanan Mata-Mata Asing Rusia (SVR) menolak berkomentar ketika ditanya oleh Reuters tentang kebocoran dokumen intelijen AS. Komunitas keamanan nasional AS menilai dampak dari bocornya dokumen rahasia negara, termasuk dampak berbagi informasi sensitif di dalam pemerintah dan hubungan dengan negara lain.
Dokumen-dokumen itu mencakup informasi tentang invasi Rusia di Ukraina, termasuk kerugian bagi kedua belah pihak dan perincian lainnya. Beberapa pakar keamanan nasional dan pejabat AS menduga pelaku yang menyebarkan dokumen rahasia itu mungkin orang Amerika, mengingat luasnya topik yang dicakup oleh dokumen tersebut.
Tetapi mereka tidak mengesampingkan aktor pro-Rusia. Seorang mantan perwira CIA mengatakan, kemungkinan besar Moskow mengatur kebocoran itu untuk menyebarkan kebingungan dan potensi perpecahan antara Washington dan sekutunya.