Senin 10 Apr 2023 23:49 WIB

Guru Diminta Tak Terapkan Asesmen untuk Hindari Stress Berlebihan pada Anak

Merdeka Belajar Episode ke-24 adalah transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang murid pendidikan anak usia dini (PAUD) mengikuti pembelajaran menggunakan gim edukasi di Paud Sanggar Cerdas Elina, Tangerang Selatan, Banten, Senin (31/10/2022). Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pendidikan berbasis teknologi pada jenjang PAUD hingga perguruan tinggi sebagai upaya pemulihan pendidikan usai pandemi.
Foto: ANTARA/Sulthony Hasanuddin
Seorang murid pendidikan anak usia dini (PAUD) mengikuti pembelajaran menggunakan gim edukasi di Paud Sanggar Cerdas Elina, Tangerang Selatan, Banten, Senin (31/10/2022). Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pendidikan berbasis teknologi pada jenjang PAUD hingga perguruan tinggi sebagai upaya pemulihan pendidikan usai pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lewat kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-24, para guru diharapkan bisa melakukan strategi pembelajaran yang aktif, eksploratif, interaksi positif, dan menyenangkan. Guru juga diharapkan tidak menerapkan asesmen, baik lisan maupun tertulis, untuk menghindari stress yang berlebihan pada anak.

"Selain itu juga tidak menerapkan asesmen baik itu lisan atau tertulis untuk menghindari stress yang berlebihan pada anak, dan melaporkan perkembangan anak kepada orang tua atau wali sehingga tercipta komunikasi antara sekolah dengan keluarga," ujar Direktur Sekolah Dasar (SD) Ditjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, Muhammad Hasbi, Senin (10/4/2023).

Kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-24 adalah transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk meluruskan miskonsepsi di tengah masyarakat tentang kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) pada PAUD dan pendidikan dasar kelas awal.

Selain itu, kebijakan itu ditujukan untuk mendorong kesadaran bersama akan pentingnya membangun kemampuan fondasi pada anak secara bertahap, agar manfaat baik dari pembelajaran tercapai. Hasbi mengatakan, terdapat tiga target perubahan yang diharapkan dapat tercapai di tahun ajaran baru.

"Target tersebut yaitu menghilangkan tes calistung dalam masa penerimaan siswa baru, menerapkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), serta berharap satuan PAUD dan SD dapat menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan untuk membangun kemampuan fondasi," jelas dia.

Hasbi menambahkan, satuan pendidikan bisa mengambil peran dalam menyukseskan program Merdeka Belajar Episode ke-24 dengan cara memberikan booklet informatif kepada semua ekosistem pendidikan.

Selain itu, dalam penerapan kebijakan itu satuan pendidikan juga dapat menggunakan alat bantu yang diberikan Kemendikbudristek, dan melaporkan semua perubahan yang terjadi di satuan pendidikan melalui aksi nyata di Platform Merdeka Mengajar.

Hasbi juga berpesan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, bahwa kemampuan fondasi adalah seperangkat kemampuan yang dibutuhkan anak-anak untuk menghadapi dunia yang semakin destruktif saat ini.

“Mari dukung kebijakan ini, dan jangan merampas hak anak kita untuk memperoleh kemampuan fondasi mulai dari jenjang PAUD sampai SD kelas awal,” pesan Hasbi.

Kepala SD Prof Dr Moestopo, Bandung, Masniari P Pakpahan, mengatakan, penerapan praktik baik yang dilakukan oleh guru kepada siswa diharapkan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan percaya diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dia turut menyampaikan dukungannya pada gerakan itu termasuk mengenai kebijakan untuk tidak memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru.

“Sejak didirikan oleh Lailah Moestopo, SD Prof Dr Moestopo tidak memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru. Sekolah kami lebih menekankan pendidikan yang sesuai dengan usia perkembangan anak yaitu sikap atau attitude, pengetahuan, keterampilan,” ujar Masniari.

Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Kembang, Lestia Prima, mengungkapkan strategi dalam masa perkenalan peserta didik baru di Sekolah Kembang yang untuk jenjang PAUD dan SD itu. Salah satunya dengan menciptakan komunikasi intens antara siswa dan calon siswa, kemudian guru dan para orang tua calon siswa Sekolah Kembang.

“Sebelum calon siswa menjadi siswa Sekolah Kembang, para calon siswa berkunjung dan kami perkenalkan dengan lingkungan sekolah serta calon kakak kelasnya. Selanjutnya, kami membuat pertemuan para guru dengan orang tua calon siswa di dalam kelas untuk saling mengenal,” ungkap Lestia.

Ketua Yayasan Sekolah Bukit Aksara dan Pendiri Sinau Teacher Training, Yuliati Siantajani, mengatakan, para guru harus sadar, siswa saat ini memiliki gaya belajar yang berbeda dengan siswa di masa lalu. Saat ini, para guru harus melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan perasaan senang.

“Dengan kesadaran dan perubahan mindset, guru akan dengan sendirinya melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran,” terang Yulianti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement