REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gerakan Perlawanan Palestina yang memerintah di Jalur Gaza Hamas meminta sumbangan keuangan melalui mata uang digital Bitcoin. Dana ini nantinya digunakan untuk mendukung gerakan perlawan di Palestina.
"Sekarang dimungkinkan untuk secara langsung menyumbang ke perlawanan Palestina melalui Bitcoin,” kata sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam dalam sebuah pernyataan yang dikutip middle east monitor.
Sebelum pengumuman resmi tersebut, Brigade Al Qassam juga pernah meminta sumbangan keuangan melalui Bitcoin. Seruan semacam itu dilakukan pada 2019 dan 2021.
Seruan ini muncul di tengah meningkatnya agresi dan pelanggaran Israel terhadap warga Palestina di seluruh wilayah pendudukan, termasuk pemindahan paksa jamaah Muslim Palestina dari dalam Masjid Al Aqsa. Serangan Israel di Masjid Al Aqsa memicu tembakan roket dari Jalur Gaza, Lebanon, dan Suriah. Israel melakukan beberapa serangan udara juga ke tiga wilayah tersebut.
Bitcoin dan mata uang virtual lainnya tidak memiliki nomor seri dan tidak tunduk pada kendali pemerintah dan bank sentral. Mata uang digital tersebut hanya dapat digunakan melalui internet, tanpa kehadiran fisik.
Brigade Al Qassam menganggap ini cara yang aman untuk menyalurkan dana bagi perlawanan Palestina. Namun, beberapa ahli berpendapat, dinas intelijen mungkin dapat mengidentifikasi para donornya.