Selasa 11 Apr 2023 10:18 WIB

Doa Ketika Menikmati Keindahan Alam yang Disarikan dari Alquran

Alam merupakan anugerah Allah SWT yang patut disyukuri

Rep: Andrian Saputra / Red: Nashih Nashrullah
Suasana rumah abah Jajang di Kampung Rawadewa, Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur yang viral karena menghadap Curug Citambur.
Foto: Dok.Republika
Suasana rumah abah Jajang di Kampung Rawadewa, Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur yang viral karena menghadap Curug Citambur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah. Dia bertafakur yang mengantarkan dirinya merasakan kebesaran Allah SWT dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. 

Dia selalu mengingat Allah SWT dalam setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu dia berdiri, duduk, maupun berbaring. 

Baca Juga

Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. 

Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan alam dan kekuasaan Allah SWT. 

Ketika melihat berbagai keajaiban alam, misalnya, dia tidak sebatas terpukau dengan keajaiban tersebut, tetapi dia langsung mengingat Allah SWT yang Mahakuasa membuat dan menjadikan sesuatu yang menakjubkan. 

Dan di antara doa orang-orang yang senang menafakuri segala sesuatu ciptaan Allah SWT terdapat dalam surah Ali Imran ayat 191. Berikut doanya:  

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathillan subhaanaka faqinaa 'adzaabannaari.” 

Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.

Tadabur

Manusia membutuhkan matahari, bulan, bintang, dan alam semesta lainnya. Lebih dari itu, manusia adalah makhluk yang hidup di bumi yang menjadi bagian dari jagat raya atau alam semesta. Hidup manusia pun tidak dapat dipisahkan dengan alam semesta.

Baca juga: Yang Terjadi Terhadap Tentara Salib Saat Shalahuddin Taklukkan Yerusalem

 

Sebagai makhluk yang tidak bisa dipisahkan dengan alam semesta, hendaknya kita mampu menyatukan diri dengannya. Caranya, yakni melakukan berbagai interaksi dengan alam semesta dalam berbagai kesempatan.

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Mahapemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS Al Mulk ayat 3-4).   

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement