Selasa 11 Apr 2023 11:36 WIB

Latihan Usai, 8 Kapal Perang Cina Masih Berkeliling di Sekitar Taiwan

Cina menggelar latihan militer di Selat Taiwan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Kapal bergerak melalui Selat Taiwan seperti yang terlihat dari tempat pemandangan 68 mil laut, titik terdekat di daratan Cina ke pulau Taiwan, di Pingtan di Provinsi Fujian Cina tenggara, Jumat, 5 Agustus 2022. Cina melakukan
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Kapal bergerak melalui Selat Taiwan seperti yang terlihat dari tempat pemandangan 68 mil laut, titik terdekat di daratan Cina ke pulau Taiwan, di Pingtan di Provinsi Fujian Cina tenggara, Jumat, 5 Agustus 2022. Cina melakukan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan, sebanyak delapan kapal perang Cina masih beroperasi di sekitar wilayahnya, Selasa (11/4/2023). Hal itu terjadi sehari setelah Cina menghentikan latihan militer di Selat Taiwan.

“Ada delapan kapal yang masih beroperasi di perairan sekitar Taiwan,” kata Kementerian Pertahanan Taiwan seraya menambahkan bahwa mereka memantau dengan cermat kapal-kapal tersebut.

Baca Juga

Pada Senin (10/4/2023) lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengutuk latihan militer yang digelar Cina selama tiga hari di Selat Taiwan. “Meskipun latihan militer Cina telah berakhir, tim militer dan keamanan nasional kami akan terus bertahan pada posisi mereka dan membela negara,” tulis Tsai di akun Facebook-nya.

Menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, pada latihan terakhirnya, mereka mendeteksi 12 kapal perang Cina dan 91 pesawat tempur di sekitar wilayahnya. Sebanyak 54 pesawat melintasi zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) di bagian barat daya dan tenggara Taiwan. Itu menjadi serbuan ADIZ tertinggi yang tercatat dalam satu hari sejak Oktober 2021.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, selama latihan, jet tempur J15 dikerahkan dari kapal induk Cina Shandong dan termasuk di antara pesawat yang melintasi garis median. Latihan militer besar-besaran Cina di Selat Taiwan digelar sesaat setelah Tsai Ing-wen menyelesaikan tur diplomatiknya ke Amerika Tengah dan Amerika Serikat (AS).

Dia sempat bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan di Los Angeles, 5 April lalu. Dalam pertemuan itu Tsai menyampaikan terima kasih kepada Kongres AS karena telah berdiri di samping Taiwan ketika demokrasi berada di bawah ancaman. “Saya ingin menambahkan bahwa kita lebih kuat saat kita bersama,” ujar Tsai yang berdiri berdampingan dengan McCarthy.

Sementara itu, McCarthy mengungkapkan, persahabatan antara AS dan Taiwan adalah isu yang penting bagi dunia bebas. Pada kesempatan itu, McCarthy menyampaikan dia dan Tsai telah membahas tentang bagaimana mempercepat pengiriman senjata dari AS ke Taiwan. “Kita harus melanjutkan penjualan senjata ke Taiwan dan memastikan penjualan tersebut sampai ke Taiwan tepat waktu,” kata McCarthy, seraya menambahkan bahwa dia yakin ada kesepakatan bipartisan mengenai hal tersebut.

Cina telah mengecam keras pertemuan Tsai dengan McCarthy. “Menanggapi tindakan kolusi yang sangat keliru antara AS dan Taiwan, Cina akan mengambil langkah tegas serta efektif untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina dalam sebuah pernyataan, dilaporkan kantor berita Xinhua, 6 April lalu.

Cina menegaskan, pertemuan Tsai dengan McCarthy sangat melanggar prinsip satu-Cina, kebijakan yang secara resmi diakui pula oleh Washington selama beberapa dekade. “Masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan inti Cina dan garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan Cina-AS,” kata Kemenlu Cina.

Cina diketahui mengklaim, Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik Cina. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi. 

AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan karena mengakui prinsip satu-Cina. Namun, dalam ketegangan di Selat Taiwan, Washington berpihak dan mendukung Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu isu yang membuat hubungan AS dan Cina dibekap ketegangan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement