Selasa 11 Apr 2023 12:30 WIB

Militer Cina Deklarasikan Siap Bertempur di Taiwan

Militer Cina mendeklarasikan siap bertempur usai menyelesaikan latihan tempur

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang ditayangkan Sabtu (8/4/2023) oleh CCTV China, sebuah kapal China berlayar di Selat Taiwan. Militer China mengumumkan latihan di sekitar Taiwan pada hari Sabtu sebagai tindakan pembalasan baru atas pertemuan antara ketua DPR AS dan presiden pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim oleh Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Foto: CCTV via AP
Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang ditayangkan Sabtu (8/4/2023) oleh CCTV China, sebuah kapal China berlayar di Selat Taiwan. Militer China mengumumkan latihan di sekitar Taiwan pada hari Sabtu sebagai tindakan pembalasan baru atas pertemuan antara ketua DPR AS dan presiden pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim oleh Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer Cina mendeklarasikan "siap bertempur" usai menyelesaikan latihan tempur skala besar selama tiga hari di sekitar Taiwan. Latihan yang mencakup simulasi pengepungan pulau itu merupakan respons kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Sebelumnya militer Cina mengatakan, "patroli kesiapan tempur" yang dinamakan 'Joint Sword' dimaksudkan untuk memperingatkan Taiwan. Cina mengeklaim, pulau demokratis itu bagian dari wilayahnya.

Baca Juga

"Pasukan teater siap untuk bertempur setiap saat dan dapat bertempur kapan pun untuk menghantam segala bentuk upaya 'Kemerdekaan Taiwan' dan intervensi asing," kata militer Cina, Senin (10/4/2023).

Latihan serupa juga digelar pada bulan Agustus lalu usai kunjungan Ketua House of Representative AS saat itu Nancy Pelosi ke Taiwan. Saat itu militer Cina meluncurkan rudal ke perairan sekitar Taiwan tapi skala latihan lebih kecil dan tidak terlalu disruptif.

Pakar militer mengatakan latihan itu bertujuan sebagai intimidasi dan kesempatan pasukan Cina mempraktikan pengepungan Taiwan dengan memblokir jalur laut dan udaranya. Opsi strategis penting yang mungkin akan dilakukan militer Cina bila mereka menggunakan kekuatan militer untuk menguasai kembali Taiwan.

Langkah Cina mengikuti misi rumit Presiden Tsai Ing-wen untuk menjalin aliansi diplomatik Taiwan ke Amerika Tengah yang semakin sedikit dan menguatnya dukungan AS. Kunjungan Tsai diakhiri pertemuan sensitif dengan ketua House AS saat ini Kevin McCarthy di California.

Delegasi Kongres AS juga bertemu Tsai di Taiwan setelah ia pulang dari kunjungan tersebut. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menegaskan kembali posisi pemerintah Presiden Joe Biden.

Ia mengatakan kunjungan Tsai ke AS merupakan transit dan kunjungan Kongres AS ke Taiwan tidak menyalahi norma. Sebelum kunjungan yang terakhir dari tahun 2016 sampai 2019 Tsai enam kali transit di AS.

"Tidak ada alasan untuk beraksi dengan cara militer, sama sekali tidak ada alasan mengubah ketegangan di seluruh Selat Taiwan menjadi konflik," kata Kirby.  

Cina segera merespon pertemuan Tsai dengan McCarthy dengan memberlakukan larangan terbang dan sanksi finansial pada siapa pun yang berkaitan dengan kunjungan Tsai ke AS. Beijing juga meningkatkan aktivitas militer selama akhir pekan lalu.

"Cina ingin menggunakan semua peningkatan interaksi diplomatik antara AS dan Taiwan sebagai alasan untuk melatih militernya," kata pakar kajian pertahanan dan direktur Institute for National Policy Research di Taiwan, Kuo Yu-jen.

Beijing mengatakan kontak antara pejabat negara asing dengan pemerintah Taiwan mendorong upaya kemerdekaan, langkah yang menurut Partai Komunis Cina akan memicu perang. Taiwan dikelola dengan demokratis setelah perang sipil 1949, Partai Komunis Cina mengatakan, pulau itu berkewajiban bergabung kembali dengan pemerintahan Cina Daratan.

Usai Pelosi berkunjung ke Taiwan tahun lalu, Cina menembakan rudal ke perairan sekitar Taiwan, mengirimkan kapal dan pesawat tempur di garis tengah Selat Taiwan. Beijing juga menembakan rudal ke atas pulau itu yang mendarat di zona ekonomi eksklusif Jepang. Langkah ini menimbulkan eskalasi di kawasan.

Latihan dengan peluru tajam mengganggu penerbangan dan pelayaran sipil di salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia. Kuo mengatakan dalam latihan kali ini sebagian besar lalu lintas maritim dan udara berjalan normal.

Latihan militer Cina kali ini lebih fokus pada kekuatan udara, Taiwan melaporkan lebih dari 200 penerbangan pesawat tempur Cina selama tiga hari terakhir. Stasiun televisi Cina CCTV mengutip Tentara Pembebas Rakyat yang mengatakan latihan ini "simulasi pengepungan gabungan" Taiwan serta "simulasi gelombang serangan" ke target-target penting di pulau itu.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement