REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tentara Pembebas Rakyat (PLA), Angkatan Bersenjata Cina mengatakan kapal induk Shandong ambil bagian dalam latihan di sekitar Taiwan. Latihan ini sebagai respon atas kunjungan Presiden Tsai Ing-wen ke Amerika Serikat (AS) dan bertemu ketua House of Representative Kevin McCarthy di California, pekan lalu.
Di media sosial Weibo, militer Cina mengunggah video yang memperlihatkan sebuah pesawat jet lepas landas dari dek kapal induk Shandong. Peneliti Institute for National Defense and Security Research, Han Gan-ming mengatakan kemunculan Shandong di Samudra Pasifik mengindikasi kapal induk itu dapat digunakan untuk mencegah militer negara asing datang membantu Taiwan.
"Di masa depan bila terdapat manuver militer serupa, maka Taiwan akan menghadapinya sendiri," kata Han, Senin (11/4/2023).
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dari hari Ahad (9/4/2023) pukul 06.00 pagi sampai Senin (10/4/2023) pukul 6.00 pagi terdeteksi 70 pesawat yang melewati garis tengah Selat Taiwan, garis tidak resmi yang memisahkan Taiwan dengan Cina Daratan. Pesawat-pesawat yang melintasi garis itu antara lain delapan pesawat jet J-16, empat jet J-1, delapan jet Su-30, dan pesawat-pesawat pengintai.
Taiwan juga melacak pesawat jet J-15 yang dipasangkan dengan kapal induk Shandong. Pada Senin pagi Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan 91 pesawat bomber serta beberapa pesawat jet, pesawat peringatan dinia dan pesawat-pesawat transportasi militer.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan antara Jumat (7/4/2023) sampai Sabtu (8/4/2023) mereka mendeteksi delapan kapal tempur dan 71 pesawat di dekat Taiwan. Dalam pernyataannya kementerian mengatakan pendekatan mereka pada situasi ini dari perspektif "tidak meningkatkan eskalasi ke konflik, dan tidak menimbulkan perselisihan."
Taiwan mengatakan mereka memantau pergerakan Cina melalui sistem pertahanan rudal dan dari kapal-kapal angkatan laut mereka sendiri. Beberapa tahun terakhir Cina meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan.
Hampir setiap hari Beijing mengirimkan pesawat dan kapal tempur ke pulau demokratis tersebut. Lalu semakin intensif saat merespon kegiatan-kegiatan sensitif Taiwan.
Aktivitas militer Cina meningkat sejak Agustus lalu usai House of Representative AS saat itu Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan. Pesawat tempur PLA rutin terbang di atas garis tengah Selat Taiwan. Pakar mengatakan kapal-kapal angkatan laut PLA rutin berlayar di perairan sebelah timur laut Taiwan.
Sementara itu Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengirim kapal perusak berpeluru kendali USS Milius untuk berlayar di Laut Cina Selatan (LCS) dekat Pulau Spratly. Pulau artifisial Cina yang dibangun di atas laut untuk menegaskan klaimnya di perairan yang disengketakan tersebut.
Komando Militer Selatan Cina mengatakan AS "menerobos dengan ilegal" ke perairannya tanpa izin pemerintah Cina. Selain maneuver militer, pakar pertahanan dan direktur Institute for National Policy Research Kuo Yu-jen mengatakan ia khawatir dengan pengumuman Administrasi Keamanan Maritim Fujian pekan lalu.
Saat itu Administrasi mengatakan akan menggelar "inspeksi di lokasi" kapal-kapal kargo dan kapal kerja di Selat Taiwan sebagai bagian dari patroli.
"Pertama-tama mereka mengincar kapal-kapal yang berlayar di antara Selat, kemudian mereka mengincar kapal-kapal internasional, secara bertahap secara de facto ini akan menjadi status quo baru," katanya.
Salah satu anggota House AS yang ikut bertemu Tsai pekan lalu mengatakan AS harus serius menanggapi ancaman Cina terhadap Taiwan. Ketua Komite Terpilih Urusan Cina House, Mike Gallagher mengatakan ia berencana memimpin komitenya untuk menopang pertahanan pulau itu, mendorong Kongres meningkatkan bantuan militer ke Taiwan.