Selasa 11 Apr 2023 14:21 WIB

Polisi: Pelaku Penembakan di Bank di Louisville Merupakan Karyawan Tetap

Pelaku menembak mati lima rekan kerjanya.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Penembakan. Seorang karyawan bank berusia 23 tahun yang bersenjatakan senapan menembak mati lima rekan kerjanya dan melukai sembilan orang lainnya di tempat kerjanya di Louisville pada Senin (10/4/2023).
Foto: Pixabay
Ilustrasi Penembakan. Seorang karyawan bank berusia 23 tahun yang bersenjatakan senapan menembak mati lima rekan kerjanya dan melukai sembilan orang lainnya di tempat kerjanya di Louisville pada Senin (10/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, LOUISVILLE -- Teror penembakan kepada warga sipil kembali terjadi di Louisville, Kentucky. Seorang karyawan bank berusia 23 tahun yang bersenjatakan senapan menembak mati lima rekan kerjanya dan melukai sembilan orang lainnya di tempat kerjanya di Louisville pada Senin (10/4/2023).

Mirisnya, pelaku penembakan sambil menyiarkan secara langsung serangan tersebut di media sosial, kata polisi. Pelaku, pria bersenjata itu akhirnya mati di tempat kejadian, kata polisi Louisville. Tidak jelas apakah dia dibunuh oleh polisi atau bunuh diri. Insiden ini merupakan yang terbaru dari serangkaian penembakan massal di AS.

Baca Juga

Polisi Louisville mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Connor Sturgeon, yang bergabung dengan cabang pusat kota Old National Bank sebagai karyawan tetap tahun lalu.

Polisi mengatakan bahwa mereka merespons dalam beberapa menit setelah menerima laporan adanya penyerang sekitar pukul 8:30 pagi di kantor bank yang terletak di dekat stadion bisbol Slugger Field. "Petugas menembaki pria bersenjata tersebut, yang bersenjatakan senapan," kata Kepala Polisi Jacquelyn Gwinn-Villaroel kepada para wartawan.

"Penyerang menyiarkan video langsung serangannya di media sosial," tambahnya.

Korban tewas diidentifikasi sebagai Joshua Barrick, 40 tahun; Deana Eckert, 57 tahun, Thomas Elliot, 63 tahun; Juliana Farmer, 45 tahun; dan James Tutt, 64 tahun.

Gubernur Kentucky Andy Beshear menahan air mata pada konferensi pers Senin sore, mengatakan bahwa ia mengenal beberapa korban, termasuk Elliot, seorang wakil presiden senior di bank tersebut.

"Dia mengajari saya bagaimana membangun karier hukum saya, dia membantu saya menjadi gubernur, dia memberi saya nasihat untuk menjadi ayah yang baik," kata Beshear. 

"Salah satu orang yang paling sering saya ajak bicara di dunia."

Dua petugas polisi termasuk di antara sembilan orang yang terluka. Seorang lulusan akademi kepolisian berusia 26 tahun tertembak di bagian kepala dan masih dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi otak pada hari Senin setelah serangan tersebut, kata polisi.

Kesembilan korban dirawat di rumah sakit University of Louisville, kata juru bicara rumah sakit. Dua korban lainnya juga dalam kondisi kritis.

Status pekerjaan pelaku di bank tersebut, apakah masih sebagai karyawan, tidak dijelaskan. Namun Kepala Polisi, Gwinn-Villaroel mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa dia dipekerjakan di sana. CNN, mengutip sumber-sumber penegak hukum rahasia, mengatakan bahwa dia telah diberitahu bahwa dia akan dipecat.

Sturgeon dibesarkan di Indiana selatan, di sebelah utara Louisville, menurut halaman Facebook ibunya. Anak sulung dari dua bersaudara ini bersekolah di Floyd Central High School di Floyds Knobs, Indiana, di mana ia mengikuti olahraga lari dan bermain basket untuk tim yang dilatih oleh ayahnya, Todd. Dia mendaftar di University of Alabama pada tahun 2016 sebagai mahasiswa bisnis.

Sturgeon magang di bank ini selama tiga musim panas dari tahun 2018 hingga 2020 sebelum menjadi karyawan tetap pada tahun 2022 sebagai bankir portofolio, menurut halaman profil LinkedIn-nya. Dia tidak memiliki kontak sebelumnya dengan polisi Louisville, kata kepala polisi.

"Ini adalah tindakan kejahatan yang direncanakan," kata Craig Greenberg, walikota Louisville, kota berpenduduk 625.000 jiwa, kepada para wartawan dalam konferensi pers. Greenberg mengatakan bahwa dia juga berteman dengan Elliot, yang pernah bekerja dalam kampanye transisi walikota.

Ini bukan pertama kalinya sebuah amukan senjata api disiarkan secara langsung oleh penyerang. Pria bersenjata yang menewaskan 10 orang dalam penembakan bermotif rasial di sebuah toko kelontong di Buffalo, New York, pada Mei 2022 telah menyiarkan langsung serangannya, seperti halnya penyerang yang menewaskan 51 orang pada Mei 2019 di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Penembakan massal telah menjadi hal yang lumrah di Amerika Serikat, yang sejauh ini telah mengalami 146 penembakan di tahun 2023, yang merupakan jumlah terbanyak di tahun ini sejak 2016. Statistik tersebut menggunakan definisi empat atau lebih yang tertembak atau terbunuh, tidak termasuk penembaknya - menurut organisasi nirlaba Gun Violence Archive.

Dalam salah satu insiden terkenal baru-baru ini, tiga siswa berusia 9 tahun dan tiga anggota staf dibunuh di sebuah sekolah di Nashville, Tennessee, oleh seorang mantan siswa pada 27 Maret.

Presiden Joe Biden menanggapi berita penembakan tersebut dengan menegaskan kembali keinginannya agar Kongres mengesahkan undang-undang yang mewajibkan penyimpanan senjata api yang aman, pemeriksaan latar belakang untuk semua penjualan senjata api, dan penghapusan kekebalan produsen senjata api dari tanggung jawab.

"Berapa banyak lagi orang Amerika yang harus mati sebelum anggota Kongres dari Partai Republik akan bertindak untuk melindungi komunitas kita?" Biden, seorang Demokrat, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement