REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Indikasi masih adanya korban lain dalam kasus dugaan pencabulan dan persetubuhan dengan anak di bawah umur oleh Wildan Mashuri, oknum pengasuh pondok pesantren (ponpes) Al Minhaj, Wonosegoro, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang mengemuka.
Hal ini setelah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bertanya langsung kepada tersangka Wildan Mashuri saat digelar konferensi pers ungkap kasus ini di Mapolres Batang, Jawa Tengah, Selasa (11/4/2023).
Dalam kesempatan ini, orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut sempat menanyakan langsung kepada Wildan Mashuri ihwal berapa sebenarnya santriwati yang sudah menjadi korban, selain 15 orang yang telah disebutkan Kapolda Jawa Tengah.
Tersangka diduga telah melakukan pebuatan pencabulan tersebut dalam rentang waktu tahun 2019 hingga 2023. Yang membuat gubernur sangat prihatin, para korban masih di bawah umur dan bersatus Sebagai pelajar SMP di lingkungan Ponpes Al Minhaj. "Jujur saja, berapa santri yang jadi korbanmu?" tanya gubernur kepada tersangka Wildan Mashuri.
Tak disangka, tersangka menjawab pertanyaan Gubernur Jawa Tengah ini dengan mengaku. Sebelumnya juga sudah ada dua santriwati. Namun sekarang kedua santriwati tersebut saat ini sudah menjadi alumni.
Mendengar jawaban tersebut, Ganjar pun menduga ada setidaknya 17 korban Wildan Mashuri. "Namun itu menjadi ranah aparat kepolisian guna mendalami lebih jauh pengakuan tersebut," katanya.
Menanggapi kasus ini, gubernur mengaku marah masih ada kasus asusila di lingkungan ponpes yang menurutnya sangat serius bagi dunia pendidikan. Karena orang tua menitipkan putra- putrinya di pesatren untuk dididik. "Tentu kami marah, apalagi korbannya masih anak- anak yang mestinya harus dilindungi dan bukan untuk dikerasi dalam bentuk apapun," katanya.
Untuk itu, kata Ganjar, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah akan menerjunkan tim untuk menindaklanjuti kasus itu. Posko pengaduan juga akan dibuka agar jika ada korban lain bisa mengadukan.
Tim trauma healing juga akan diturunkan untuk membantu psikologis para korban. "Kami akan langsung terjunkan tim, membuka posko dan trauma healing untuk membantu pemulihan para korban,” lanjutnya.
Pemprov Jawa Tengah juga akan menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengevaluasi pondok pesantren Al Minhaj yang di lingkungannya juga terdapat sekolah madrasah. "Akan kita evaluasi, apakah semuanya layak. Kalau tidak ya ditutup saja," katanya.
Gubernur menambahkan, ini bukan yang kali pertama diungkap. Medio September 2022 lalu, di Kabupaten Batang juga ada kasus yang hampir sama dengan jumlah korban mencapai 22 orang. Pengawasan pada sekolah, pondok pesantren dan tempat lainnya mesti lebih ketat. Pemprov jawa tengah bersama Kemenag akan mencari solusinya.
Misalnya nanti disiapkan nomor khusus aduan di semua sekolah dan pondok, agar semua berani melapor. Tidak hanya pencabulan, bisa juga perundungan dan kejadian tidak sesuai lainnya dengan korban anak.
Masyarakat dan orang tua juga harus bisa berkomunikasi bersama putra- putrinya dengan baik. Meski ia juga meminta kasus ini tidak dijadikan sentimen negatif pada semua pondok pesantren. "Ketika satu dua yang melakukan bisa mencoreng semuanya, tapi masih banyak ponpes yang hebat, bagus dan orang pengen anaknya ke sana. Jadi lebih selektif saja saat memilih pendidikan untuk anak," katanya.