REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi menular seksual (IMS) sering digunakan untuk menggambarkan gangguan kesehatan yang ditularkan melalui hubungan seksual. Namun sebetulnya adakah perbedaan yang signifikan dari keduanya?
Pendiri Institute of Andrology and Sexual Health (IASH) di India, dr Chirag Bhandari, mengatakan, PMS adalah istilah tradisional yang digunakan untuk menggambarkan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sedangkan IMS adalah istilah yang lebih baru yang mulai populer di kalangan petugas kesehatan.
Menurut Bhandari, perbedaan yang mencolok yakni tidak semua infeksi menular seksual selalu mengakibatkan penyakit. Beberapa infeksi mungkin tidak memiliki gejala dan infeksi bisa sembuh dengan sendirinya tanpa berkembang menjadi penyakit.
"Sebaliknya, penyakit menular seksual secara khusus mengacu pada penyakit yang diakibatkan oleh infeksi," kata dr Bhandari seperti dilansir laman Times of India, Selasa (11/4/2023)
Penting untuk dicatat bahwa beberapa IMS dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius jika tidak diobati, seperti kemandulan, nyeri kronis, atau peningkatan risiko kanker tertentu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali risiko yang terkait dengan aktivitas seksual dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri sendiri dan pasangan Anda dari tertular dan menyebarkan infeksi ini.
Dr Bhandari mengatakan, salah satu alasan utama meningkatnya angka IMS adalah kurangnya edukasi dan kesadaran tentang infeksi ini. Banyak orang bahkan mungkin tidak mengetahui bahwa mereka memiliki IMS karena mereka tidak memiliki gejala, dan mereka mungkin secara tidak sadar menyebarkan infeksi kepada pasangan mereka.
“Tes IMS secara teratur sangat penting untuk mendeteksi infeksi ini secara dini dan mencegah penyebarannya ke orang lain. IMS sering kali dapat diobati atau disembuhkan dengan obat-obatan sebelum menyebabkan kerusakan jangka panjang,” kata dia.
Dia juga mengungkap cara yang paling efektif untuk mencegah IMS, di antaranya dengan mempraktikkan seks yang aman. Hal ini termasuk membatasi jumlah pasangan seksual dan mendapatkan vaksinasi terhadap IMS tertentu seperti HPV.
“Penting juga untuk melakukan percakapan yang terbuka dan jujur dengan pasangan seksual tentang IMS dan melakukan tes secara teratur untuk mencegah pasangan terkena infeksi yang dapat berubah menjadi penyakit,” jelas dr Bhandari.