REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pasukan Rusia terus menggempur kota-kota garis depan di Ukraina timur dengan serangan udara dan artileri, sementara para pejabat AS meningkatkan upaya untuk menemukan sumber kebocoran dokumen rahasia AS, termasuk dokumen-dokumen tentang rencana serangan balasan Ukraina.
Rusia melanjutkan serangan mereka di wilayah Donetsk timur di mana beberapa kota besar dan kecil menjadi sasaran pengeboman, kata staf umum Ukraina pada hari Selasa (11/4/2023). Sementara, pasukan Ukraina menangkis beberapa serangan, katanya, ketika militer Rusia terus berupaya untuk menguasai Bakhmut.
Seorang komandan tinggi Ukraina menuduh Moskow menggunakan taktik 'bumi hangus'. "Musuh beralih ke apa yang disebut taktik bumi hangus dari Suriah. Mereka menghancurkan bangunan dan posisi dengan serangan udara dan tembakan artileri," kata Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi, komandan pasukan darat Ukraina, tentang Bakhmut.
Pertempuran untuk memperebutkan kota kecil yang kini sebagian besar hancur di tepi wilayah yang dikuasai Rusia di Donetsk telah menjadi yang paling berdarah dalam perang selama 13 bulan ini, ketika Moskow mencoba menyuntikkan momentum ke dalam kampanyenya setelah mengalami kemunduran baru-baru ini.
Kedua belah pihak telah menderita banyak korban dalam pertempuran di Bakhmut, kata Syrskyi: "Situasinya sulit tetapi dapat dikendalikan."
Kepala bagian Donetsk yang dikuasai Moskow, Denis Pushilin, mengatakan bahwa pasukan Rusia kini menguasai 75 persen wilayah kota itu, meski ia memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan kejatuhan Bakhmut.
"Rusia telah mengubah Avdiivka menjadi kehancuran total," kata Pavlo Kyrylenko, gubernur regional Donetsk, menggambarkan serangan udara pada hari Senin yang menghancurkan sebuah gedung bertingkat.
Kyrylenko menyebut, secara keseluruhan, sekitar 1.800 orang tinggal di Avdiivka, yang semuanya mempertaruhkan nyawa setiap hari." Di Chasiv Yar, kota besar pertama di sebelah barat Bakhmut, hanya sedikit bangunan yang masih utuh dan mereka yang mengantre untuk mendapatkan makanan dan bantuan lainnya bahkan tidak gentar mendengar suara artileri.
"Dulu lebih menakutkan, tapi sekarang kami sudah terbiasa," kata seorang relawan kemanusiaan berusia 50 tahun, Maksym. "Anda bahkan tidak memperhatikan," tambahnya, kata-katanya hampir tenggelam oleh suara ledakan.
Ukraina Ubah Strategi Gara-Gara Dokumen Rahasia yang Bocor
Ketika pertempuran berlangsung, stasiun televisi AS, CNN mengatakan bahwa Ukraina terpaksa mengubah beberapa rencana militer menjelang serangan balasan yang telah lama diantisipasi, karena bocornya puluhan dokumen rahasia.
Para pejabat AS berusaha melacak sumber kebocoran, meninjau bagaimana mereka berbagi rahasia secara internal dan menangani dampak diplomatiknya.
Dokumen-dokumen tersebut merinci topik-topik seperti informasi tentang konflik Ukraina, di mana Washington telah memasok Kiev dengan sejumlah besar senjata dan memimpin kecaman internasional terhadap invasi Moskow.
Ketika ditanya mengenai laporan tersebut, ajudan presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan bahwa rencana strategis Kiev tidak berubah, namun taktik-taktik spesifik selalu dapat berubah.
Beberapa pakar keamanan nasional dan pejabat AS mengatakan mereka menduga pembocornya adalah orang Amerika, tetapi tidak mengesampingkan aktor-aktor pro-Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak untuk mengomentari kebocoran tersebut. "Faktanya, ada kecenderungan untuk selalu menyalahkan segala sesuatu pada Rusia. Secara umum, ini adalah sebuah penyakit," kata Peskov.