REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengembangan Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fadilah Kartikasasi melaporkan kapitalisasi pasar modal syariah Indonesia mencapai sebesar Rp 4.760,83 triliun hingga 31 Maret 2023.
"Capaian tersebut menurun 0,53 persen year to date (ytd) dari sebelumnya sebesar Rp 4.786,02 triliun pada akhir tahun 2022," katanya dalam Media Briefing Pengembangan Keuangan Syariah di Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Lebih lanjut, dia menyampaikan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berada di angka 211,26 per 31 Maret 2023, atau menurun 2,97 persen (ytd) dari sebelumnya di angka 217,73 pada akhir tahun 2022. Kemudian, lanjut dia, reksa dana syariah meningkat 5,02 persen (ytd) menjadi Rp 42,65 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 40,61 triliun pada akhir tahun 2022.
Lalu, sukuk korporasi meningkat 1,25 persen (ytd) menjadi Rp 43,03 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 43,03 triliun pada akhir tahun 2022. Selanjutnya, sukuk negara meningkat 2,24 persen (ytd) menjadi Rp 1.374,48 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 1.344,35 triliun pada akhir tahun 2022.
Dalam kesempatan sama, Direktur Pengaturan dan Pengembangan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah menyampaikan total aset industri pasar modal mencapai Rp1.427,46 triliun, dengan market share atau pangsa pasar mencapai 18,27 persen dari total aset pasar modal secara nasional yang mencapai Rp7.811,96 triliun.
Kemudian, pihaknya mencatat total aset keuangan syariah di Indonesia (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp 2.375,8 triliun per Desember 2022, atau tumbuh 15,87 persen year on year (yoy) dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 2.050,51 pada tahun 2021.
Selain dari industri pasar modal, total aset tersebut berasal dari aset industri perbankan yang mencapai Rp 802,26 triliun dan aset industri keuangan non bank (IKNB) yang mencapai Rp 146,12 triliun.