Rabu 12 Apr 2023 07:45 WIB

Ini Isi Dokumen Rahasia AS yang Bocor ke Publik

Selain perang Ukraina, dokumen rahasia tersebut juga memuat soal Cina dan sekutunya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Gedung Pentagon. Sejumlah dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) bocor ke publik.
Foto: http://blog.computerservicenow.com
Gedung Pentagon. Sejumlah dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) bocor ke publik.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Puluhan dokumen rahasia Amerika Serikat (AS) telah bocor dan kini beredar di internet. Gambar dari file rahasia telah muncul di aplikasi perpesanan Discord sejak Februari.

Lengkap dengan garis waktu dan lusinan akronim militer, dokumen-dokumen itu yang beberapa di antaranya ditandai 'sangat rahasia' memerinci tentang perang di Ukraina. Dalam dokumen-dokumen itu juga menawarkan informasi tentang Cina dan sekutunya.

Baca Juga

Pejabat Pentagon yang dikutip BBC mengatakan dokumen itu nyata. Temuan dari isi dokumen itu pun menjelaskan, pasukan khusus Barat beroperasi di dalam Ukraina.

Satu dokumen tertanggal 23 Maret mengacu pada kehadiran sejumlah kecil pasukan khusus Barat yang beroperasi di Ukraina, tanpa menyebutkan aktivitas atau lokasinya. Inggris memiliki kontingen terbesar dengan 50, diikuti Latvia berjumlah 17, Prancis dengan 15, AS sebesar 14, dan Belanda hanya satu.

Pemerintah Barat biasanya menahan diri untuk tidak mengomentari masalah sensitif seperti itu. Namun detail ini kemungkinan besar akan dimanfaatkan Rusia, yang dalam beberapa bulan terakhir berargumen bahwa mereka tidak hanya menghadapi Ukraina, tetapi juga anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Dokumen lain mengatakan, ketika selusin brigade Ukraina baru  sedang dipersiapkan untuk serangan yang dapat dimulai dalam beberapa minggu. Mereka mencantumkan dengan sangat rinci, bahwa tank, kendaraan lapis baja, dan artileri yang disediakan oleh sekutu Barat Ukraina.

Satu peta menyertakan garis waktu yang menilai kondisi tanah di seluruh Ukraina timur saat musim semi berlangsung. Menurut surat kabar Washington Post, satu dokumen dari awal Februari mengungkapkan, keraguan tentang peluang sukses Ukraina dalam serangan balasan yang akan datang.

Dokumen itu mengatakan, masalah dalam menghasilkan dan mempertahankan kekuatan yang cukup dapat menghasilkan keuntungan teritorial yang sederhana. Kesulitan Ukraina dalam mempertahankan pertahanan udara vitalnya juga dianalisis, dengan peringatan dari akhir Februari bahwa Ukraina mungkin kehabisan rudal kritis.

Terdapat pula jumlah korban dalam perang yang sudah lebih dari satu tahun itu. Satu slide mengacu pada sebanyak 223 ribu tentara Rusia tewas atau terluka, dan sebanyak 131 ribu orang Ukraina.

Beberapa pejabat Ukraina telah menepis pembocoran tersebut. Mereka menyatakan, itu mungkin merupakan kampanye disinformasi Rusia, meski ada juga tanda-tanda frustrasi dan kemarahan.

"Kami membutuhkan lebih sedikit kontemplasi tentang 'kebocoran' dan lebih banyak senjata jarak jauh untuk mengakhiri perang dengan benar," ujar salah satu penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak.

Sedangkan dari sisi lain, Mesir diam-diam berencana memasok roket ke Rusia. Laporan ini berasal dari dokumen lain dari pertengahan Februari yang dilaporkan oleh Washington Post. Ditemukan Mesir memiliki rencana untuk memproduksi 40 ribu roket untuk Rusia secara rahasia.

Presiden Mesir Abdul Fatah al-Sisi mengatakan kepada para pejabat untuk merahasiakan produksi dan pengapalan. Tindakan tersebut untuk menghindari masalah dengan Barat.

Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya dikutip di saluran berita Mesir menggambarkan tuduhan dalam dokumen itu sebagai sama sekali tidak berdasar. Dia menegaskan Kairo tidak memihak dalam perang. Sementara itu Istana Kremlin menggambarkan tuduhan itu sebagai hanya desas-desus.

Selain masalah perang Rusia-Ukraina, dokumen-dokumen yang bocor pun merinci tindakan Cina yang melakukan tes senjata hipersonik eksperimental pada. Februari. Beijing menguji salah satu rudal eksperimentalnya kendaraan luncur hipersonik DF-27  pada 25 Februari.

Rudal tersebut terbang selama 12 menit dengan jarak 2.100 km. Rudal eksperimental memiliki kemungkinan tinggi menembus sistem pertahanan rudal balistik AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement