REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas Cina meminta Jepang segera mengoreksi isi Buku Biru Diplomatik, yang di dalamnya menyebut Cina sebagai ancaman dan memosisikannya sebagai tantangan strategis terbesar.
"Kami mendesak Jepang memperbaiki kesalahannya, berhenti menghasut dan menciptakan blok konfrontasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin di Beijing, Selasa (11/4/2023).
Pihaknya meminta Jepang mematuhi tatanan internasional pascaperang dan norma dasar perilaku hubungan internasional.
"Cina dengan tegas menentang Jepang yang mendiskreditkan Cina dengan menyebut 'ancaman dari Cina'," ujar Wang.
Terkait keprihatinan Jepang atas aktivitas militer gabungan Cina-Rusia di dekat perbatasan Jepang sebagaimana tercantum dalam buku biru yang dirilis dalam rapat Kabinet Jepang pada Selasa, Wang menanggapinya bahwa kerja sama militer tersebut tidak menyasar pada pihak ketiga mana pun.
"Kerja sama tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun dan bukan untuk menghakimi negara lain," katanya.
Menurut dia, kerja sama militer Cina-Rusia sejalan dengan hukum internasional. Jika Jepang masih ingin membangun hubungan yang konstruktif dengan Cina, Wang mengingatkan agar Jepang berhenti mencampuri urusan dalam negeri Cina.
Sebelumnya, Cina dan Jepang menyepakati pembangunan saluran komunikasi pertahanan di tengah kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayasi ke China pada 1-2 April lalu.
Pembangunan sambungan telepon langsung itu secara efektif bisa meningkatkan komunikasi pertahanan Cina-Jepang.
Saluran tersebut juga bertujuan untuk memperkuat kedua belah pihak dalam mengelola dan mengendalikan krisis maritim dan udara, serta membantu menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.