REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina mengatakan, latihan militer berskala besar yang digelarnya selama tiga hari di Selat Taiwan merupakan peringatan serius terhadap Taiwan yang terus mendorong kemerdekaan. Latihan itu pun dimaksudkan memperingatkan pasukan eksternal agar tidak mencampuri isu Taiwan.
“Tentara Pembebasan Rakyat (Cina) baru-baru ini mengorganisasi dan melakukan serangkaian tindakan balasan di Selat Taiwan serta perairan sekitarnya, yang merupakan peringatan serius terhadap kolusi dan provokasi pasukan separatis kemerdekaan Taiwan serta pasukan eksternal,” kata juru bicara Kantor Urusan Taiwan Zhu Fenglian dalam pengarahan pers, Rabu (12/4/2023).
Dia menekankan, ancaman militernya Cina ditujukan pada kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan dan campur tangan kekuatan eksternal. Beijing tak membidik rekan senegaranya di Taiwan. “Ini adalah tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah,” ujar Zhu.
Sementara itu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, tur diplomatiknya baru-baru ini ke Amerika Tengah dan Amerika Serikat (AS) menunjukkan tekad Taiwan mempertahankan kebebasan serta demokrasi. “Melalui perjalanan ini kami kembali mengirimkan pesan kepada masyarakat internasional bahwa Taiwan bertekad untuk menjaga kebebasan dan demokrasi yang mendapatkan pengakuan serta dukungan dari mitra demokrasi kami,” kata Tsai saat bertemu dengan anggota parlemen Kanada di kantornya di Taipei, Rabu.
Tsai mengungkapkan, adanya ekspansionisme otoriter yang berkelanjutan membuat persatuan negara-negara demokrasi semakin penting. “Kanada adalah mitra demokrasi yang sangat penting. Kami bersedia melakukan yang terbaik untuk bersama-sama menjaga nilai-nilai kebebasan dan demokrasi dengan Kanada serta banyak lagi mitra internasional yang berpikiran sama,” ucapnya.
Meski Cina telah mengakhiri latihan militernya di Selat Taiwan pada Senin (10/4/2023) lalu, pesawat dan kapal perangnya masih berkeliling di sekitar Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan, pada Rabu pagi, mengungkapkan, selama 24 jam sebelumnya mereka telah mendeteksi 35 pesawat militer dan delapan kapal perang milik Cina di sekitar Taiwan.
Dari 35 pesawat tempur yang terpantau, 14 di antaranya telah melintasi garis median Selat Taiwan. Garis tersebut biasanya berfungsi sebagai demarkasi antara kedua belah pihak. Namun Cina mengatakan tidak mengakui keberadaan garis tersebut.
Dari 14 pesawat yang melewati garis median Selat Taiwan, lima di antaranya bertipe Su-30. Lima pesawat itu terbang di ujung utara wilayah Taiwan. Sementara sisa pesawat tempur Cina lainnya mengudara dan melintasi titik tengah serta selatan.
Cina diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik Cina. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.