REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja merupakan periode sebelum anak menginjak masa dewasa. Orang tua perlu memperhatikan anak dengan baik karena masa remaja merupakan masa saat anak mencari jati diri.
Selama masa remaja, ada saja yang terlibat dalam hubungan percintaan terlalu jauh hingga melakukan seksual. Kasus anak berhadapan dengan hukum yang tengah menjadi sorotan publik dapat menjadi pelajaran bagi orang tua untuk tidak luput memberikan pendidikan seksualitas kepada anak-anaknya.
Berusia di bawah 19 tahun, tubuh dan psikis remaja putri sesungguhnya belum siap untuk menjadi ibu. Dokter spesialis gizi klinis Raissa Edwina Djuanda mengingatkan bahwa konsekuensi menjadi ibu di usia remaja tidaklah ringan.
Selain harus menjaga kesehatan tubuh dan janinnya, remaja putri tersebut kelak juga dihadapkan pada tanggung jawab mengasuh anak. Kehamilan usia remaja berisiko menyebabkan anak yang dilahirkan mengalami stunting.
"Pengasuhan tentunya tidak akan optimal ketika sang ibu juga masih dalam usia anak," ujar dr Raissa dalam diskusi media bertema "Mencegah Stunting" yang digelar di Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Di Amerika Serikat, menurut catatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada sekitar 194 ribu bayi lahir dari anak perempuan AS berusia antara 15 hingga 19 tahun pada tahun 2017. Meskipun jumlah kehamilan remaja di AS telah menurun, angkanya tetap lebih tinggi dibandingkan negara industri lain.
Kehamilan remaja memiliki sejumlah dampak bagi bayi dan pasangan. Berikut dampak-dampaknya, seperti dikutip Healthline, Rabu (12/4/2023):
1. Bagi ibu remaja
Remaja memiliki risiko lebih tinggi untuk tekanan darah tinggi terkait kehamilan (preeklampsia) dan komplikasinya dibandingkan ibu usia rata-rata. Risiko untuk bayi termasuk kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Preeklampsia juga dapat membahayakan ginjal atau berakibat fatal bagi ibu atau bayinya.
Remaja yang hamil memiliki risiko lebih tinggi mengidap anemia. Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah. Hal ini dapat membuat Anda merasa lemah dan lelah serta dapat memengaruhi perkembangan bayi.
Melahirkan saat berusia remaja cenderung lebih berbahaya dibandingkan saat perempuan sudah berusia 20 tahun atau lebih. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), komplikasi selama kehamilan atau persalinan adalah penyebab utama kematian secara global untuk anak perempuan usia 15 hingga 19 tahun.
Banyak remaja yang hamil berujung putus sekolah. Beberapa dari mereka tidak pernah menyelesaikan pendidikannya. Artinya, banyak ibu yang hamil saat remaja hidup dalam kemiskinan.