Rabu 12 Apr 2023 16:05 WIB

Rusia Berhasil Uji Coba Rudal Balistik Antar-Benua

Rudal diluncurkan dari situs pengujian Kapustin Yar yang berlokasi di Astrakhan Oblas

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Foto selebaran yang diambil dari video yang tersedia pada 29 Maret 2023 oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan peluncur rudal balistik antarbenua Yars Rusia selama latihan komando dan staf yang direncanakan di wilayah Novosibirsk, Rusia,  Rabu (29 /3/2023).
Foto: EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY PRESS
Foto selebaran yang diambil dari video yang tersedia pada 29 Maret 2023 oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan peluncur rudal balistik antarbenua Yars Rusia selama latihan komando dan staf yang direncanakan di wilayah Novosibirsk, Rusia, Rabu (29 /3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia telah menguji coba rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM) canggih dari sistem rudal darat bergerak. Rudal diluncurkan dari situs pengujian Kapustin Yar yang berlokasi di Astrakhan Oblast, Selasa (11/4/2023).

“Hulu ledak latih mencapai target tiruan di tempat latihan Sary-Shagan (Republik Kazakhstan) dengan presisi tertentu,” kata Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Kemenhan Rusia tidak memerinci jenis rudal yang digunakan dalam uji coba tersebut. Mereka hanya menyebut bahwa tujuan latihan itu adalah menguji peralatan tempur canggih rudal balistik antar-benua. “Peluncuran ini memungkinkan untuk mengonfirmasi kebenaran desain sirkuit dan solusi teknis yang digunakan dalam pengembangan sistem rudal strategis baru,” ungkapnya.

 

Pada Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan, ICBM jenis baru akan dikerahkan sekitar tahun ini. Rudal yang teridentifikasi yakni Sarmat atau dijuluki “Satan 2” oleh para analis Barat. Sarmat disebut mampu membawa banyak hulu ledak nuklir. Ia menjadi salah satu rudal generasi terbaru Rusia yang digambarkan Putin sebagai “tak terkalahkan”

Pada Februari lalu, Putin memutuskan untuk menangguhkan partisipasi negaranya dalam perjanjian New Strategic Arms Reduction Treaty (New START). “Saya harus mengatakan hari ini bahwa Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam New START. Saya ulangi, bukan menarik diri dari perjanjian, tidak, tapi hanya menangguhkan keikutsertaannya,” kata Putin saat memberikan pidato kenegaraan di Majelis Federal Rusia, 21 Februari lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Putin menekankan, sebelum kembali ke diskusi tentang isu melanjutkan tugas sebagai bagian dari New START, Rusia harus memahami dirinya sendiri, terutama terkait apa yang diperebutkan oleh negara anggota NATO seperti Prancis dan Inggris serta bagaimana persenjataan strategis mereka diperhitungkan. “Dengan kata lain, potensi serangan keseluruhan dari aliansi tersebut,” ujar Putin.

New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Moskow dan Washington sejak 2010. Masa aktifnya seharusnya berakhir pada 5 Februari 2021, tapi kedua negara sepakat memperpanjangnya. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.

Sebelumnya AS dan Rusia juga terikat dalam perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu bubar setelah kedua negara saling tuding melanggar poin-poin kesepakatan. INF ditandatangani pada 1987. Ia melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement