Rabu 12 Apr 2023 16:29 WIB

Rupiah Meningkat di Tengah Ekspektasi The Fed Tahan Suku Bunga

Rupiah ditutup menguat enam poin atau 0,04 persen jadi Rp 14.880 per dolar AS.

Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Rabu (12/4/2023) meningkat seiring berkembangnya ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Rabu (12/4/2023) meningkat seiring berkembangnya ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Rabu (12/4/2023) meningkat seiring berkembangnya ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya. Rupiah pada Rabu ditutup menguat enam poin atau 0,04 persen ke posisi Rp 14.880 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.886 per dolar AS.

"Rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS hari ini dengan berkembangnya ekspektasi Bank Sentral AS akan menghentikan kenaikan suku bunga acuannya," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ariston menuturkan pelaku pasar kelihatannya mengantisipasi ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan menahan kenaikan suku bunga acuannya setelah rapat bulan Mei 2023, dengan kembali masuk ke aset berisiko. Salah satu aset berisiko yang terlihat naik adalah Bitcoin, yang sudah kembali ke area 30.000 dolar AS.

"Dini hari tadi Presiden Bank Sentral AS wilayah Philadelphia, Patrick Harker, menginginkan The Fed menahan suku bunga acuannya setelah suku bunga mencapai lima persen," ujarnya.

Adapun faktor yang mempengaruhi berkembangnya ekspektasi terkait The Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya antara lain adalah krisis perbankan di AS, penurunan data-data ekonomi AS seperti data survei aktivitas manufaktur, aktivitas sektor jasa, tingkat keyakinan konsumen, dan inflasi.

Data menunjukkan aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Februari. PMI manufaktur ISM naik tipis menjadi 47,7 bulan lalu dari 47,4 pada Januari, kenaikan pertama dalam enam bulan. Pembacaan PMI di bawah 50 menunjukkan kontraksi di bidang manufaktur.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp 14.906 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 14.839 per dolar AS hingga Rp 14.906 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu naik ke posisi Rp 14.866 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.888 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement