Kamis 13 Apr 2023 09:09 WIB

Berkunjung ke Solo, Istri Gus Dur Bahas Soal Toleransi di Indonesia

Sinta menjelaskan secara umum tingkat toleransi di Indonesia sudah cukup baik.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Fernan Rahadi
Istri Gus Dur Sinta Nuriyah Wahid (tengah)
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Istri Gus Dur Sinta Nuriyah Wahid (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Istri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah melakukan kunjungan ke Solo, Jawa Tengah, Rabu (12/4/2023) lalu. Dalam kesempatan itu, Nuriyah bercerita bahwa di Indonesia masih terdapat benturan politik hingga agama yang mengaitkan soal isu toleransi. 

"Masih terjadi bentrokan agama bentrokan politik dan macam-macam dan masih ada di Indonesia yang menyangkut toleransi," kata Sinta ketika ditemui di Balaikota Solo, Rabu (12/4/2023).

Sinta menjelaskan bahwa secara umum tingkat toleransi di Indonesia sudah cukup baik. Namun lantaran bentrokan tersebut hal itu membuatnya belum sempurna. 

"Masih harus disempurnakan toleransinya karena di Indonesia dikatakan tidak baik, ya cukup baik, tapi belum begitu sempurna," kata Sinta ketika ditemui di balaikota Solo, Rabu (12/4/2023). 

Selain itu, istri presiden keempat tersebut sempat menjelaskan bahwa kegiatan yang berlangsung di Pendapi Gedhe, Solo tersebut bertujuan untuk memperkuat keutuhan dan kekuatan negara kita republik kesatuan di negara Indonesia.

Ia juga bercerita bahwa dirinya selama ramadhan juga sahur di halaman gereja. "Saya Mengajak semua komponen di Indonesia apapun agamanya apa pun sukunya, kalau saya mengajak mereka dan mereka menyelenggarakan sebaik-baiknya kenapa tidak boleh bersahur di halaman gereja, itu kan juga bumi Allah," katanya.

"Kita tidak mengikuti ritual mereka (agama Kristen-Red), kita hanya numpang di halaman. Jangan dikait-kaitkan dengan agama, karena kita tidak mengikuti ritual jadi kita saling bergotong-royong saling menghormati dan menghargai. Jadi kalau kita seperti itu kita mengikuti ritualnya itu tidak, toleransi itu bukan seperti itu," katanya mengakhiri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement