Jumat 14 Apr 2023 06:46 WIB

Covid Melonjak Lagi, India Laporkan 10.158 Kasus Baru

Saat ini terdapat 44.998 kasus Covid-19 aktif di India.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Petugas kesehatan berpartisipasi dalam latihan tiruan untuk COVID-19 di sebuah rumah sakit di Mumbai, India,10 April 2023. India melaporkan 10.158 kasus baru Covid-19 pada Kamis (13/4/2023). Lonjakan kasus tersebut diduga dipicu oleh subvarian Omicron XBB 1.16 yang sebagian besar memengaruhi kelompok rentan.
Foto: AP Photo/Rafiq Maqbool
Petugas kesehatan berpartisipasi dalam latihan tiruan untuk COVID-19 di sebuah rumah sakit di Mumbai, India,10 April 2023. India melaporkan 10.158 kasus baru Covid-19 pada Kamis (13/4/2023). Lonjakan kasus tersebut diduga dipicu oleh subvarian Omicron XBB 1.16 yang sebagian besar memengaruhi kelompok rentan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – India melaporkan 10.158 kasus baru Covid-19 pada Kamis (13/4/2023). Lonjakan kasus tersebut diduga dipicu oleh subvarian Omicron XBB 1.16, yang sebagian besar memengaruhi kelompok rentan.

Menurut data Kementerian Kesehatan India, infeksi baru Covid-19 dengan angka melampaui 10 ribu kasus merupakan angka tertinggi dalam hampir delapan bulan terakhir. Pada Rabu (12/4/2023), India mencatatkan 7.830 kasus baru Covid-19. Artinya, ada lonjakan lebih dari dua ribu kasus dalam kurun 24 jam.

Baca Juga

Saat ini terdapat 44.998 kasus Covid-19 aktif di India. Jumlah itu diperoleh dari 229.958 pengujian. Press Trust of India melaporkan, merespons lonjakan kasus baru Covid-19, Serum Institute of India telah memulai kembali produksi vaksin Covid-19 Covishield.

Para pejabat Kementerian Kesehatan India mengatakan, mereka yakin tingkat infeksi Covid-19 akan menurun atau mereda setelah 10 hingga 12 hari. India memiliki populasi lebih dari 1,4 miliar orang, Hingga Kamis lalu, negara tersebut telah memberikan 2,20 miliar dosis vaksin kepada warganya.

Akhir bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyesuaikan rekomendasi vaksinasi Covid-19 untuk fase baru pandemi. Menurut WHO, anak-anak dan remaja yang sehat mungkin tidak memerlukan vaksin. Namun, kelompok yang lebih tua dan berisiko tinggi harus mendapatkan dosis penguat atau booster antara 6 hingga 12 bulan setelah vaksin terakhir mereka.

WHO mengungkapkan, tujuan skema baru itu adalah untuk memfokuskan upaya vaksinasi pada mereka yang menghadapi ancaman terbesar penyakit parah dan kematian akibat Covid-19. Hal tersebut mengingat kekebalan populasi tingkat tinggi di seluruh dunia karena infeksi dan vaksinasi yang meluas.

WHO mendefinisikan populasi berisiko tinggi sebagai orang dewasa yang lebih tua serta orang yang lebih muda dengan faktor risiko signifikan lainnya. Untuk kelompok tersebut, WHO merekomendasikan suntikan vaksin tambahan baik 6 atau 12 bulan setelah dosis terakhir, berdasarkan faktor-faktor, seperti usia dan kondisi penurunan kekebalan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement