Jumat 14 Apr 2023 13:25 WIB

Ketegangan Memuncak Dalam Protes Reformasi Pensiun Prancis

Pengunjuk rasa mengincar kantor Bank Sentral di Paris.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Berbagai anggota kelompok serikat menyalakan suar dan menduduki markas LVMH sebelum demonstrasi menentang reformasi pensiun pemerintah di Paris, Prancis, Kamis (13/4/2023). Para
Foto: EPA-EFE/YOAN VALAT
Berbagai anggota kelompok serikat menyalakan suar dan menduduki markas LVMH sebelum demonstrasi menentang reformasi pensiun pemerintah di Paris, Prancis, Kamis (13/4/2023). Para

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pengunjuk rasa yang menolak rencana pemerintah Presiden Emmanuel Macron menaikan usia pensiun menjadi 64 tahun kembali digelar di berbagai kota di Prancis. Protes terakhir sebelum keputusan mengenai apakah kebijakan tersebut konstitusional.

Pengunjuk rasa mengincar kantor Bank Sentral di Paris dan sempat menerobos masuk ke kantor jenama terkenal LVMH tapi pusat perhatian mereka terpusat ke Dewan Konstitusional. Lembaga yang akan memutuskan apakah akan menghapus sebagian atau seluruh legislasi.

Baca Juga

Para aktivis melempar kantong sampah ke bagian depan kantor Dewan Konstitusional. Kemudian massa yang membawa suar berhadapan dengan polisi anti huru-hara yang melindungi gedung tersebut.

Kepolisian Paris melarang semua pertemuan di depan dewan dari Kamis (13/4/2023) sore sampai Ahad (16/4/2023) pagi. Sebagai upaya untuk mengurangi tekanan pada anggota dewan dalam membuat keputusan.

Polisi mengatakan sekitar 380 ribu orang berpartisipasi dalam unjuk rasa yang digelar pada Kamis kemarin. Angkanya lebih rendah dari demonstrasi-demonstrasi pekan sebelumnya tapi serikat buruh masih berhasil mengumpulkan cukup banyak massa.

Sebagian besar unjuk rasa berjalan damai, meski dilaporkan banyak polisi dan pengunjuk rasa yang terluka. Serikat buruh berharap banyaknya orang yang ikut berunjuk rasa akan menekan pemerintah dan anggota Dewan Konstitusional yang mempelajari teks rancangan reformasi pensiun.

Kritikus menantang langkah pemerintah yang memilih memasukan reformasi pensiun ke undang-undang anggaran yang akan mempercepat prosesnya. Keputusan pemerintah melangkahi pemungutan suara di parlemen dengan menggunakan wewenang konstitusional khusus memicu kemarahan masyarakat yang menolak rencana tersebut.

Tumpukan sampah menandakan petugas kebersihan kembali mogok kerja, tepat saat unjuk rasa di seluruh negeri di mulai. Mogok kerja bulan lalu membuat Paris dipenuhi tumpukan sampah selama berhari-hari.

Jajak pendapat konsisten menunjukkan sebagian besar masyarakat Prancis menolak reformasi pensiun ini. Menurut Macron rencana ini diperlukan untuk mempertahankan sistem pensiun di tengah semakin tuanya populasi Prancis.

Pengunjuk rasa juga marah pada Macron dan pemerintahnya yang dianggap mengancam perlindungan buruh dan lebih mendukung pengusaha besar. Fabien Villedieu dari Serikat Buruh Sub-Rai mengatakan LVMH "dapat mengurangi semua lubang" di sistem jaminan sosial Prancis."

"Jadi salah satu solusinya untuk membiayai sistem pensiun adalah redistribusi kekayaan, dan cara terbaik untuk melakukan itu dengan mengenakan pajak pada miliuner," katanya.

Villedieu mengatakan Chief Executive Officer LVMH Bernard Arnault salah satu orang terkaya di dunia sehingga ia dapat berkontribusi.

Petugas keamanan mengintervensi vandalisme dalam unjuk raja di sepanjang jalan-jalan Paris. Polisi mengatakan sudah 36 orang ditahan. Polisi menambahkan di unjuk rasa asa sebelumnya beberapa ratus "elemen radikal" berbaur dalam unjuk rasa.

Ribuan orang juga berunjuk rasa di Toulouse, Marseille dan kota lain. Ketegangan memuncak di Brittany, terutama di Nantes dan Rennes, di mana ada sebuah mobil dibakar.

"Mobilisasi masih jauh dari selesai," kata ketua Serikat Buruh CGT Sophie Binet di lokasi pembakaran sampah di Pracis. Beberapa ratus pengunjuk rasa memblokir truk-truk sampah di sana.

"Selama reformasi ini tidak cabut, mobilisasi akan terus berlanjut dalam satu bentuk ke bentuk yang lain," tambah Binet.

CGT tulang punggung unjuk rasa-unjuk rasa dan mogok kerja yang menolak rencana Macron menaikan usia pensiun dari 62 menjadi 64. Delapan serikat buruh lainnya juga sudah menggelar unjuk rasa sejak Januari lalu. Kelompok mahasiswa juga bergabung.

Awalnya Macron menolak memenuhi permintaan untuk bertemu dengan serikat, tapi dalam kunjungan kenegaraan ke Belanda ia mengusulkan "pertukaran" untuk mendiskusikan tindak lanjut keputusan Dewan Konstitusional. Tidak respon resmi mengenai tawarannya.

"Perlawanannya kuat, berlabuh pada rakyat," kata ketua Serikat Buruh CFDT Laurent Berger.

Ia memperingatkan bila rencana reformasi dilanjutkan, maka akan menimbulkan kemarahan buruh. Unjuk rasa dan mogok kerja kerap mengganggu transportasi publik di Paris, tapi kereta metro berjalan dengan lancar. Badan penerbangan sipil meminta bandara di Toulouse, Bordeaux, dan Nantes mengurangi lalu lintas udara sebesar 20 persen. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement