REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Satu jam sebelum matahari terbenam selama bulan Ramadan, jalan-jalan di Gaza dipenuhi mobil. Mereka bergegas pulang ke rumah tepat waktu untuk bisa berbuka puasa bersama keluarga.
Pengemudi yang frustrasi membunyikan klakson mereka atau mencoba menerobos kemacetan, dan ada lebih banyak tabrakan dari biasanya sepanjang hari. Kondisi perut kosong dan kurangnya asupan cairan menumpulkan konsentrasi dan membuat sebagian orang tak bisa mengontrol emosi.
Bagi mereka yang kurang beruntung, harus melewatkan berbuka puasa dan terjebak di lalu lintas yang padat. Namun kondisi ini tidak serta merta dibiarkan.
Seorang pria Kristen di Gaza, Ehab Ayyad menawarkan kurma dan air kepada umat Islam yang terjebak macet atau terlambat pulang untuk berbuka puasa. Apa yang dilakukannya ini, sudah dia lakoni sejak lima tahun lalu dimulai dari tetangga terdekatnya.
Ayyad mulai dengan menawarkan kurma dan air kepada tetangganya, kemudian memutuskan untuk membaginya kepada masyarakat umum. “Sebagai seorang Kristen, saya menawarkan kurma dan air kepada saudara-saudara Muslim saya sebagai bentuk berbagi, karena kami tinggal di tanah air yang sama, dan kami memiliki darah yang sama,” kata Ayyad (23 tahun) di rumahnya yang dihiasi lentera dan patung kecil Perawan Maria.
“Mereka pertama kali bertanya-tanya bagaimana seorang Kristen melakukan itu, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka senang melihat saya setiap tahun,” kata Ayyad, dilansir dari The Arab Weekly, Jumat (14/4/2023).
“Reaksinya positif dan saya senang dan bangga,” ujarnya.
Gaza, jalur pantai di bawah blokade yang dipimpin Israel sejak 2007 dan dijalankan oleh kelompok Islam Hamas, hanya memiliki sekitar 1.000 orang Kristen, kebanyakan dari mereka Ortodoks Yunani, dalam populasi 2,3 juta jiwa.
“Ini bukan bulan mereka dan mereka tidak berpuasa tapi mereka merasakannya untuk kami dan ini sesuatu yang baik,” kata pemilik kedai kopi Louay al-Zaharna, setelah menerima salah satu hadiah dari Ayyad.
Di rumahnya, Ayyad mendapat bantuan dari seorang tetangga Muslim berusia 13 tahun untuk menyiapkan bingkisan. “Pada liburan kami, tetangga Muslim kami datang berkunjung dan memberi selamat kepada kami, dan kami melakukan hal yang sama pada liburan mereka,” kata Ayyad.