Jumat 14 Apr 2023 23:27 WIB

Malam ke-24 Ramadan, Wapres Tarawih dan Tausyiah di Masjid Istiqlal Jakarta

Wapres angkat tiga keistimewaan malam lailatul qadar saat Tausyiah di Istiqlal

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Presiden Maruf Amin melaksanakan salat Isya dan Tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Foto: Dok.BPMI/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin melaksanakan salat Isya dan Tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (14/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin  melaksanakan salat Isya dan Tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta yang bertepatan dengan malam ke-24 Ramadan 1444 Hijriah, Jumat (14/4/2023). Kiai Ma'ruf juga turut memberikan tausiah kepada seluruh jamaah dengan menekankan kembali tiga keistimewaan malam lailatul qadar.

Pertama, malam Lailatul Qadar adalah diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk umum (hudan lin nas) dan petunjuk bagi orang-orang bertakwa (hudan lil muttaqin).

“Al-Qur’an itu adalah hudan lil muttaqin, yaitu petunjuk bagi orang muttaqin, dalam arti yang memperoleh pertolongan Allah, yaitu, orang yang mengambil manfaat dan mempedomani Al-Qur’an adalah orang-orang yang bertakwa. Orang bertakwalah yang bisa menggunakan Al-Qur’an yang berada di jalan Al-Qur’an,” ujar Kiai Ma'ruf.

Kedua, lanjut Kiai Ma'ruf, keistimewaan malam lailatul qadar sebagai malam yang lebih baik dari 1.000 bulan.

“Ibadah di malam lailatul qadar ini lebih baik dari 1.000 bulan. Itulah (mengapa0 dimana-mana kita mencari pahala yang besarnya sama dengan 83 tahun 4 bulan,” katanya.

Wapres menyatakan, menjadi kebiasaan Allah untuk memberikan sesuatu yang lebih walaupun pekerjaannya sama, baik karena waktu maupun karena tempat. Dia pun kemudian mencontohkan, orang yang salat sendiri memperoleh pahala satu, sedangkan jika ketinggalan satu rakaat saat salat berjemaah, dia tetap mendapatkan pahala sebanyak 27 kali lipat.

“Oleh karena itu, malam lailatul qadar merupakan malam yang tidak ada di malam-malam yang lain dan itu yang diberikan oleh Allah kepada kita,” katanya.

Yang ketiga, jelas Wapres, malaikat-malaikat turun ke bumi pada malam lailatul qadar untuk memintakan ampunan bagi kita semua.

Kaitan ini, Wapres mengemukakan, malaikat turun ke bumi karena ingin melihat dan mendengar dua hal yang tidak ada di langit, yaitu orang-orang kaya yang bersedekah kepada orang miskin dan orang-orang yang meratapi dosa, terutama selama bulan suci Ramadan dan malam lailatul qadar.

“Orang yang menangis karena dosa-dosanya itu lebih disukai oleh Allah subhanahu wata'ala dibandingkan orang yang bertasbih,” ujarnya.

Wapres pun mengingatkan bacaan yang seharusnya dilafazkan pada malam lailatul qadar sebagaimana anjuran Rasulullah.

“Allāhumma innaka 'afuwwun karīmun tuhibbul 'afwa fa'fuannī. Baca itu, memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta'ala,” ajaknya.

Dia juga menyampaikan, malam lailatul qadar itu hingga terbitnya fajar. Ia pun berharap, para jemaah di Masjid Istiqlal termasuk ke dalam hamba-Nya yang diberikan Allah malam Lailatulqadar pada asrul awakhir atau sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ini.

“Semoga Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita orang-orang yang mendapatkan lailatul qadar pada tahun ini, pada Ramadan ini. Dan, itu berarti kita mendapatkan pahala yang besar, yang lebih banyak, lebih baik daripada 1.000 bulan,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement